REPUBLIK Indonesia (RI) atau yang biasa disebut Indonesia adalah
negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara
benua Asia dan Australia serta antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 13.466 pulau,
dengan populasi lebih dari 258 juta jiwa pada tahun 2016.
Indonesia
adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
muslim terbesar di dunia, dengan lebih
dari 207 juta jiwa.
Mengingat
kembali peristiwa sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945. Tanggal 17
Agustus 1945 merupakan tanggal istimewa bagi rakyat Indonesia, karena pada
tanggal tersebut Republik Indonesia mulai berdiri, Republik Indonesia mulai
dikumandangkan kemerdekaannya oleh sang proklamator Soekarno dan M Hatta.
Indonesia
merupakan negara yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, dengan Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara, serta memiliki motto atau semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Sejauh ini apakah apakah kebhinekaan ada pada diri kita? Hal
tersebut harus kita tanyakan dan kita renungkan bersama!
Jagongan Ramik Ragom
Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu
Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu
Senandung itu meluncur dari mulut dua puluh pelajar SMK Kesehatan
Cahaya Dharma, Baradatu, Way Kanan, Lampung sembari melambaikan bendera merah
putih dari tangan mereka.
Lagu berjudul Kebyar-Kebyar karya Gombloh itu membuka Jagongan
Ramik Ragom (ramai beragam) untuk memperingati Hari Toleransi Sedunia 16
November. Jagongan (duduk bersama)
tersebut mendiskusi Media Sosial Media Perdamaian, Rabu (16/11/16). Kenapa hari
tersebut perlu diperingati dan toleransi harus dirawat? Pepatah bijak
mengajarkan, mencegah lebih baik daripada mengobati, sayangnya hal tersebut
belum dilakukan dengan baik.
Perbincangan
mengenai kebhinekaan hanya disemai lagi ketika ada atau terjadi gesekan. Dan
itu terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Maka tak heran ketika penyair dan
budayawan Iman Budhi Santosa menyatakan: "Kita ini seperti rokok dalam
etalase. Dekat, sejajar tapi tidak pernah bertegur sapa". Padahal, merawat
kebhinekaan adalah tanggung jawab bersama generasi dan masyarakat bangsa.
Terlebih institusi yang berwenang.
Saya yang
berkesempatan mendokumentasikan kegiatan Sakai Sambayan (gotong
royong/kerjasama) Gusdurian Lampung, Pesantren Assidiqqiyah 11, DPD KNPI,
KAHMI, Pemuda Muhammadiyah, Peradah, Pemuda Katolik, Pokjawan, SMAN 1 Baradatu,
SMK Kesehatan Cahaya Darma, Yayasan Bakti, Karang Taruna, dan PAC GP Ansor
Baradatu itu merasa sangat senang dan bahagia sekali bisa duduk bersama sambil
ngopi dengan orang-orang hebat ini.
Selain itu
banyak pelajaran yang saya petik dari kegiatan tersebut, diantaranya adalah
keberagaman.
Kegiatan
yang berlangsung kurang lebih 90 menit itu merupakan kegiatan yang luar biasa
bagi saya, dimana para pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang, etnis, suku,
dan agama bebas menyampaikan pendapat dan saling bertukar pikiran. Hal ini
menyadarkan saya bahwa Indonesia luar biasa akan keragaman.
Kegiatan itu
juga diramaikan Nasyid Acapela dari SMAN 1 Baradatu dan pembacaan puisi Sajak
Atas Nama karya Gus Mus oleh M Subhan santri Assidiqqiyah 11 tersebut
diramaikan dengan foto mempromosikan perdamaian, kemanusiaan dan kebangsaan
yang berisi kutipan-kutipan inspiratif yang bukan akidah agama dari sejumlah
tokoh, yang bebas dipilih ketika hendak berpose.
Indonesia
benar-benar luar biasa, unik, dan beragam. Keberagaman bagi saya merupakan hal yang indah, seperti pelangi. Bukankah
pelangi itu terdiri dari berbagai warna, itulah mengapa Tuhan menciptakannya
berbeda-beda. Tinggal kita
saja yang harus menerima keberagaman sebagai apa pada diri kita.
Keberagaman
merupakan hal yang sudah biasa di hidup kita, namun bagaimana caranya agar kita
bisa menerima keberagaman itu tanpa harus saling membenci, menghujat, melakukan
kekerasan, dan saling memarahi.
Semoga kita
semua bisa bersatu kembali menjadi Indonesia yang satu. Satu Tanah
Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa, yakni Indonesia.
Comments
Post a Comment