Skip to main content

Kemenangan Tak Sekedar Hari Raya



Oleh : Disisi Saidi Fatah

Hari raya idul fitry merupakan kemenangan bagi setiap muslim di dunia. Kemenangan dalam meraih keberkahan di bulan suci ramadhan. Alhamdulillah, usai sudah satu bulan lamanya kita semua telah usai melalui proses singkat menuju kebaikan. Sebagaimana di bulan suci ramadhan, kita semua saling berburu berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan.

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Amat banyak keberkahan yang Gusti Allah turunkan untuk kita, bulan diturunkannya Al-Qur’an, juga bulan yang penuh ampunan. Lantas, sudahkah kita memanfaatkan ramadhan dengan maksimal? Selama ramadhan kita berperoses fastabiqul khoirot, menjadi yang terbaik dihadapan sang pencipta. Pagi sampai kembali pagi lagi tak henti berbuat, berproses, mulai dari puasa kita. Tidak hanya menahan lapar dahaga, juga kita menahan nafsu dari kejelekan laonnya. Hal ini harus kita syukuri.Sebab dengan adanya ramadhan kita belajar,berjuang meraih kemenangan.Dari sini kita berproses dari yang tadinya kita jarang untuk melaksanakan sholat,puasa,bahkan Al-Qur’anpun sangat jarang kita sentuh.Akan tetapi dengan hadirnya ramadhan,yang tadinya jarang kita lakukan perlahan kita laksanakan tahap demi tahap kita lalui.

Berbicara kebaikan,teramat banyak kebaikan yang dibawa oleh ramadhan. Kenikmatan sahur dan berbuka,tarawih,tadarus Al-Qur’an. Bahkan sebab ramadhan kita bisa berkumpul bersama keluarga,makan bersama,saling tukar pikiran. Sangat jarang hal ini kita dapatkan di hari-hari biasa,sebab besar kemungkinan kita disibukkan dengan berbagai aktivitas dan juga tanggungjawab kita,yang menyebabkan waktu bersama keluarga berkurang. Bahkan saat sahur pun kita masih dipertemukan pada pertengahan malam,kita masih bisa menyempatkan waktu untuk sholat sunnah minimal 2 rakaat dipertengahan malam (sholat tahajjud),begitu pula dengan fajar,kita diberi waktu untuk sholat dhuha. Begitu indah bukan bulan ramadhan!

Lalu nikmat mana lagi yang tidak kita syukuri?Masihkah kita menyia-nyiakan semua?Tidak hanya itu saja,masih ada banyak lagi kebaikan lain dihari kemenangan.Zakat fitrah,bagi-bagi THR (sebagai sadaqoh kita),juga silaturahmi dengan sahabat,tetangga,rekan,saudara,dan sanak famili lainnya.
Sahabat fillah,hari kemenangan berlalu sudah,ramadhan pun turut usai pergi meninggalkan kita beserta dengan segenap keluarga besarnya (sahur,berbuka,tarawih,tadarus,dan lain sebagainya).Kemenangan tak hanya sebatas hari raya,juga bukan sandang pangan yang serba mewah dan bermegah-megahan.Kemenangan yang hakiki adalah bagaimana kita mempertahankan apa yang sudah kita bangun.

Mari kita rebut kembali kemenangan itu, jangan biarkan ia berlalu dan pergi tanpa perubahan pada diri kita. Ramadhan boleh usai, namun uasa tak boleh hilang pergi begitu saja, masih banyak amalan sunnah lainnya menanti kita. Puasa syawal, Senin-Kamis, Daud, begitu pula dengan tadarus Al-Qur’an harus tetap berkumandang. Bagi yang sudah tuntas tadarusan, mari kita mulai kembali dari laman awal, bagi yang belum tuntas, ayo kita tuntaskan, dan bagi yang belum sama sekali, mari kita beranikan diri unjuk gigi dihadapan sang ilahi.

Sholat malam tetap harus berjalan tak boleh di jeda, begitu pula dengan shodaqoh dan amal kebaikan lainnya. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT sang pencipta alam semesta, juga beliau berikan kekuatan, kesehatan,keimanan, ketawadu’an,untuk istiqomah dijalanNya. Semoga kita selalu berada dijalanNya.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

*Penulis merupakan pendidik di SMP Integral Manbaul Ulum, Pondok Pesantren Payur Asshiddiqiyah 11 Labuhan Jaya, Gunung Labuhan, Way Kanan. Juga Anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Way Kanan.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.