Skip to main content

Posts

Air, Kenyamanan, dan Realita Tinggal di Perumahan

Tampak depan rumah di kompleks perumahan - terlihat rapi, tapi di baliknya tersimpan cerita tentang krisis air bersih yang melelahkan (Sumber: Pexels) Ketika pertama kali memutuskan untuk tinggal di perumahan, saya membayangkan suasana yang rapi, nyaman, damai, dan menenangkan. Gambarannya terasa ideal. Dua hingga tiga bulan pertama memang terasa seperti itu. Namun seiring waktu, kenyataan mulai menunjukkan sisi lain yang tidak pernah saya duga sebelumnya - terutama soal kebutuhan paling mendasar: air.

[7] Kepergian yang Membelah

Ilustrasi oleh AI "Sesuai perkataanku pagi tadi, karena Kamis malam lalu nggak update. Maka, pekan ini akan update dua kali. Bagi kalian yang belum membaca bab sebelumnya (Bab 6), silakan >>>  baca di sini  <<< ya!" Hari kelima setelah kepergian Arfi. Angin malam terasa lebih dingin dari biasanya. Langit kota dipenuhi awan kelabu, seolah alam pun ikut merasakan kehilangan. Disa belum sepenuhnya mampu menerima kenyataan. Ia tetap datang ke makam Arfi setiap hari. Duduk berjam-jam di sisi pusara, membaca Al-Fatihah, membisikkan kerinduan, dan menyesali waktu yang telah lewat.

[6] Waktu yang Tak Pernah Cukup

Ilustrasi oleh AI "Selamat pagi semuanya. Mohon maaf ya baru kelihatan dan baru update sekarang. Sudah telat dua malam ya 🙏. Sebagai permohonan maaf, maka untuk pekan ini akan kita publikasikan dua bab sekaligus, pagi ini bab keenam dan siang nanti bab ketujuh. Bagi yang belum membaca bab sebelumnya, boleh baca >>> di sini <<< ya!"   Waktu seperti bergerak lebih cepat ketika seseorang mulai melemah. Arfi, yang dulu selalu penuh energi dan antusias di setiap aktivitas sosial, kini lebih banyak duduk diam. Ia masih tersenyum, masih menyapa hangat anak-anak dan Santi, tapi tubuhnya tak lagi setangguh dulu.

Anak Angkat, Teman, dan Rahasia | Cerbung [PTS]

  Ilustrasi oleh AI. Oleh: Cendekia Alazzam "Yeayyyy, akhirnya sampai di bab 4 ya! Selamat ya dan terima kasih karena telah setia menanti update cerbung dari kami. Untuk yang ketinggalan cerita atau bab sebelumnya, silakan baca di sini ya!!!" Sejak malam itu, saat Suwantra melontarkan candaan tentang mengangkat Faiz sebagai anak, sesuatu dalam rumah mereka berubah. Tak lagi sekadar tamu, Faiz mulai menjadi bagian dari keluarga. Ia resmi tinggal di kamar belakang yang sebelumnya hanya digunakan untuk menyimpan barang-barang lama. Tinara membersihkannya sendiri, menata ulang seolah menyambut anak kandung yang pulang setelah lama pergi.

Review Film Home Sweet Loan: Asa Anak Muda Menuju Rumah Impian

Refleksi hangat dari film Home Sweet Loan yang menggambarkan perjuangan generasi muda mencari arti rumah dan stabilitas hidup. (Dokpri) Kita sering mengira bahwa perjalanan menuju “rumah” adalah soal membeli properti, mencicil KPR, atau urusan angka dan bank. Tapi film Home Sweet Loan memberi tafsir yang lebih dalam dan emosional: rumah bukan hanya tentang tempat tinggal, tapi tentang tempat berteduh secara batin.

Mengelola Dompet di Jalanan: Tips Hemat Ala Pekerja Lapangan

Mengelola uang transport agar tidak boncos. Ilustrasi oleh Kompas. Delapan bulan terakhir aku menjalani hari-hari sebagai pekerja lapangan. Tugas utamaku adalah mendata aset negara. Tapi di lapangan, realitas seringkali tak semulus target kerja. Mobilitas tinggi, penempatan yang tak pasti, dan medan yang bervariasi membuat pekerjaan ini lebih mirip bertarung dengan kenyataan - terutama kenyataan dompet.

Sosok yang Datang Diam-Diam [Cerbung PTS]

Ilustrasi oleh AI. Oleh: Cendekia Alazzam "Terima kasih telah mengikuti perjalanan Cerita Bersambung (Cerbung) Pelukan yang Tak Selesai karya Cendekia Alazzam. Bagi yang ketinggalan bab sebelumnya, silakan baca di sini! - Ohya, sekadar pemberitahuan, mulai sekarang cerbung ini akan dipublikasikan sepekan dua kali, yaitu setiap malam Ahad dan malam Rabu." Hari itu, sekolah madrasah tempat Akmal, anak sulung Suwantra dan Tinara, bersekolah mengadakan pertemuan wali murid. Suwantra tak bisa hadir karena ada tugas dinas ke luar kota. Tinara datang sendiri, mengenakan blus sederhana dan kerudung cokelat susu, membawa harap bisa mengenal lebih dekat dunia belajar putra sulungnya yang mulai beranjak remaja.