Gambar oleh Kompasiana.com | Ist |
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa arus informasi saat ini sangat cepat dan mudah sekali, apalagi kita berada pada era digital dan internet dimana semua dapat kita raih hanya dengan sentuhan dan dalam genggaman tangan. Dalam hitungan jam bahkan hitungan menit saja kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan, begitu banyak informasi yang bisa akses melalui smartphone dan gadget kita.
Namun seiring berkembangnya teknologi tentu saja makin banyak problema yang kita hadapi, salah satunya ialah informasi tidak benar atau berita bohong yang dalam bahasa keren nya ialah hoax.
Virus-virus hoax ini dapat menyerang siapa saja yang kurang paham akan teknologi atau yang sering disebut gaptek, individu yang kurang minat baca, dan masyarakat awam. Berita hoax tidak hanya terjadi dan dikomsumsi oleh masyarakat atau individu pengguna internet saja, namun pada zaman ketika dunia masih sangat sederhana dalam mengolah informasi, berita-berita palsu telah dijadikan sebagai propaganda oleh satu kelompok untuk melemahkan kelompok lainnya.
Kita bisa melihat sejarah kembali ketika masa perang dingin (cold war) dua blok, Amerika dan Uni Soviet paling gencar dalam memproduksi berita palsu untuk meyakinkan kepada suatu pihak namun memukul pihak lawan. Saat perang dunia ke II juga, kekalahan Nazi dari pasukan sekutu tidak terlepas dari adanya berita hoax yang disebarkan oleh agen sekutu, bahkan meletusnya perang dunia saja dipicu oleh informasi yang tidak terpercaya dan tidak akurat, tidak semata disebabkan oleh perebutan kekuasaan saja.
Di era internet, berita hoax dan isu-isu kebencian dengan sangat mudah di produksi dan sangat cepat menyebar dan diserap oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena minimnya minat baca pada masyarakat kita. Dalam sejarah perkembangan media massa, kita pernah mengenal yellow journalism yakni media-media yang melakukan propaganda terhadap masyarakat terkait berita bohong, hal ini bukan disebabkan oleh kebenaran konten berita melainkan seberapa besar judul dalam pemberitaan yang dapat menarik minat pembaca, tidak heran dengan judul yang panjang seolah mewakili konten berita, apalagi minat baca bangsa kita masih berkurang sehingga judul berita tersebut ditafsirkan sebagai sesuatu yang benar.
Menurut data www.internetworldstats.com pada Maret 2008, pengguna internet diseluruh dunia mencapai angka 1.355.110.631 orang. Indonesia merupakan negara kelima setelah South Korea dengan pengguna internet terbanyak.
Salah satu tujuan dari penyebaran virus hoax dan isu kebencian ini yakni ingin memecah belah bangsa dan target utamanya adalah para pemuda, sebab pengguna internet lebih banyak didominasi oleh para pemuda terutama para pelajar dan mahasiswa. Di era digital ini kita harus lebih bijak dan cerdas dalam memilih dan memilah informasi baik di internet atau melalui media sosial (medsos).
Begitu banyak sekali kita jumpai informasi hoax dan isu kebencian yang disebar luaskan oleh kelompok radikal dan kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah bangsa .
Dalam penanganan kasus ini, tentu kita harus angkat senjata, berperang dan berjihad di dunia maya. Berjihad, bukan semata-mata berperang dijalan Allah, namun dalam memerangi berita bohong, ujaran kebencian dan konten-konten negatif yang tersebar luas di dunia maya ialah jihad juga. Kita harus lebih cerdas dan kreatif dalam menerima berbagai macam informasi yang tersebar.
Hal ini harus kita lawan dengan cara yang sama yakni dengan menyebarkan konten-konten positif yang bisa mengedukasi para pengguna internet dan medsos agar lebih baik lagi. Serta menyebarkan virus-virus baik di medsos, seperti mempublikasikan hal-hal yang dapat mempersatukan dan mempererat bangsa. Kita juga harus menjadi masyarakat yang jeli dan lihai dalam menerima informasi, dibaca, dikaji, dan dicermati terlebih dahulu jangan hanya membaca judulnya saja terus langsung disebarkan. Kita juga harus banyak membaca, sebab dengan membaca kita akan tahu mana hal yang baik dan yang buruk serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.
------------------------------------------------------------------------
Penulis adalah alumni Hypnotherapy Karya Tunas Bangsa, Baturaja, Sumatera Selatan.
Penulis dapat dihubungi via Instagram @DisisikuDisisimu
Comments
Post a Comment