#CERITA : Dari Niat yang Terealisasi Berkah Wasilah Tawassul Kepada Baginda Nabi SAW dan Para Wali Allah

 

Gapura selamat datang 1 Abad NU yang terletak di gerbang depan pintu masuk menuju Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur. Di jam sekian, setelah jalan kaki beberapa kilo melewati ratusan Nahdliyyin yang memadati jalan. DokPri/7223.ist


     Puncak peringatan hari lahir ke satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) atau 100 tahun NU dalam hitungan hijriyah yang digelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur telah usai dan berhasil diselenggarakan dengan sukses dan meriah. Rangkaian demi rangkaian acara diadakan, dari; istighosah dan doa bersama, ziarah kubur, muktamar pemikiran, sarasehan, sholawat bersama, ijazah kubro, hingga pameran seni dan budaya.

Jutaan umat, Nahdliyyin dari berbagai penjuru Nusantara berbondong-bondong memadati tanah Sidoarjo, Jawa Timur. Dari kalangan remaja, hingga sesepuh tak kalah semangatnya. Semua ingin hadir dan ingin mendapatkan barokah dari para muazzis dan pendiri NU, para Habaib, Kiai, dan ulama-ulama NU.

Banyak cerita yang terukir dalam momen perjalanan menuju Satu Abad NU, terlebih bagi diriku. Jauh sebelum hari (H) puncak peringatan, sudah tertanam niat untuk bisa hadir secara langsung di Sidoarjo. Ada rasa tersendiri yang tidak bisa diungkapkan meski dengan satu-dua kata, bukan perihal jalan-jalan, maupun untuk cuci mata, bukan juga sebagai pelarian dari penatnya kehidupan.

Saya mengenal NU sejak tiga pekan pasca mengakhiri masa sulit (ujian kehidupan) ujian nasional di bangku SMA dengan seragam putih abu-abu. Dan, baru dengan resmi secara struktural menjadi bagian darinya, tujuh bulan setelah secara tersurat melepas masa menengah atas.

Bagi saya, NU adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari diri, bukan fanatik, lebih kepada membawa keberkahan bagi diri. Karena berdasarkan beberapa kata ulama, sesuatu yang berkah itu ialah bertambah-tambahnya kebaikan pada diri kita. Jadi, bisa saya katakan NU itu membawa berkah.

Saya tegaskan kembali, saya tidak fanatik dengan NU. Hanya sebagai syukur dan terima kasih. Melalui NU Allah menuntun saya, sekiranya begitu. Sebab, sejak saya mengenal NU, yang tadinya jarang shalat-jadi suka shalat, meski masih sering menunda dan bolong-bolong (doain ya, supaya Allah kasih hidayah, taufik, dan inayahNya selalu, agar lebih baik ibadah saya, pun kawan semua, Aamiin). Sebelumnya, saya tidak mengenal dunia pesantren, yang saya tahu ya pesantren itu sekolah agama, tidak lebih dari itu. Tahunya orang yang ceramah itu, ya ustadz. Ternyata luas ya, diriku yang bodoh memang. Semoga Allah senantiasa menuntut ke jalan kebenaran. 

Selain itu pula, saya jadi tahu Habaib. Ternyata Habaib itu keturunannya Baginda Nabi Muhammad SAW. Habib yang pertama kali saya kenal itu, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, ini pun saya mengenal dari lantunan shalawat yang kerap diputar dan didengarkan oleh Papa (orang tua angkat, sekaligus guru jurnalistik). Dari sini tumbuh pula rasa cinta, kagum, dan suka saya pada Habib dan sholawat. Dulu mah, sukanya pop, rock, dangdut, boro-boro sholawat, tahunya lagu religi aja. 

Saya senang dengan santri, pondok pesantren. Melihat mereka yang masih kecil-kecil, masyaAllah banget dah. Bersyukur banget. Meski saya bukan dari kalangan pesantren, masih ada rasa cinta saya kepada pesantren. Jadi suka hadir dan duduk di majelis-majelis, ikut dzikiran, sholawatan, dan ta'lim. 

Jadi, kalau saya harus meninggalkan NU dengan alasan framing yang 'buruk' bagi orang yang tidak suka dengan NU, ya nggak mungkin dong. Kan sudah jelas dampak baik dari NU bagi saya. Kita sudah dewasa, sudah mengerti mana yang baik dan tidak, ambil baiknya dan tinggalkan yang buruk. Pintar-pintar lah kita memfilternya. 

Oke, kita sudahi curhatnya sampai di sini ya. Kembali lagi ke puncak Harlah 1 Abad NU. Alhamdulillah, tepat pada 16 Rajab 1444 Hijriyah atau 7 Februari 2023 lalu, saya bisa hadir memijakkan kaki di Jawa Timur kembali. Awal mula ke Jawa Timur itu pada tahun 2018, saat ziarah wali songo bareng keluarga besar Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 11 Way Kanan, Lampung.

Rasanya nggak nyangka, di tengah krisis yang menerpa, saya bisa hadir langsung dan ziarah ke maqam Muazzis NU; Hadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari di Jombang. Jauh-jauh hari memang sudah ada niat dan doa untuk hadir ke acara 1 Abad, jika Allah meridhai.

Dua hari sebelum hari H. Tepatnya ba'da dhuhur, saat itu saya baru selesai dzikiran. Sembari menanti adzan Azar, saya buka instagram, dan saat itu muncul postingan dari akun Nahdlatul Ulama (centang biru) memposting ijazah niat hadir ke acara Satu Abad NU di Sidoarjo dari Katib Aam PBNU, KH. Akhmad Said Asrori. Seketika saya langsung berazam niat pingin hadir ke sana, pingin ziarah ke makam Mbah Hasyim, dan semoga dengan hadir di sana pula Allah tambah rasa cinta dan kagum saya kepada Baginda Nabi Muhammad saw., kepada keluarganya, anak-keturunan beliau, serta orang-orang yang satu nazab dengan beliau. Niatnya, ba'da shalat Azar mau baca ijazah niat hadir ke Sidoarjo yang dari KH. Akhmad sekaligus tawassul kepada Nabi Muhammad saw dan kepada para wali Allah.





Ajib!!! Baru juga berazam, belum melakukan, tapi efeknya benar-benar terasa. Nggak lama dari situ ada kawan menghubungi via pesan elektronik, ngajakin ke Sidoarjo bareng rombongan dan gratis. Seketika langsung dah tak jawab, oke, saya ikut hadir. Dapat kabar baik itu saya langsung sujud syukur, beres-beres buat persiapan berangkat (kita berangkat ba'da maghrib), lalu ke masjid shalat azar. Setelah pulang dari jamaah, saya tunaikan niat saya untuk melafazkan ijazah niat hadir ke 1 Abad NU, tawassul, dzikiran rutinan dilanjutkan dengan baca Al-Waqiah, Ratib al-Attas dan Ratib Al-Haddad, sholawat Busyro, sholawat tibbil qulub, sholawat manshub, dan sholawat ibrahimiyah, serta wiridul latif. Semua saya niatkan karena Allah, agar perjalanan kita Allah lancarkan dan berkahi, selamat hingga kembali ke tanah keberangkatan dan rumah. 

Alhamdulillah, atas ridha dan restu Allah SWT, semua berjalan lancar. Meski kita sampai lokasi telat (karena nggak bisa ikut sholawat bareng Habib Syech, padahal ini yang paling utama saya dambakan sejak ingin hadir di acara tersebut). Dikarenakan armada kita telat dalam penjemputan saat memulai perjalanan, ditambah kendala teknis pada mobil yang mengharuskan kita menepi kurang lebih satu jam, dan beberapa kali kita juga memang harus mampir istirahat untuk memulihkan tenaga supir agar tetap sehat dan kuat.

Kendati demikian, saya tetap bangga. Tetap bersyukur. Saya nikmati setiap momen, perjalanan sebagai pelajaran. Benar-benar menghadirkan hati saat ziarah ke maqam para wali. Semoga Allah berkahi, Allah Ridha. Sehingga berkah dari hadir di Sidoarjo benar-benar memberi efek baik dan positif pada diri dan bertambah pula kebaikan-kebaikan serta makin terkikis hal-hal yang mudharat pada diri kita, Aamiin.

Sekian cerita perjalanan saya. Salam. Terima kasih telah mampir. 


Dokumentasi ziarah dan perjalanan:

Ziarah Maqam Raden Rahmat Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur

Ziarah Maqam Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari (Muazzis NU) dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Tebuireng, Jombang, Jawa Timur

Ziarah maqam KH. Bisri Syamsuri (Tambak Beras, Jombang)



2 KM sebelum Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur

Maqam KH.Hasyim Asy'ari & Gus Dur

Ba'da Maghrib jamaah ziarah maqam KH.Hasyim Asy'ari dan Gus Dur membeludak, dipenuhi Nahdliyyin dari berbagai penjuru Nusantara, pasca resepsi 1 Abad NU

Pernak-pernik dan dokumentasi yang terpajang di area maqam KH. Abdul Wahab Chasbullah




Dokumentasi tim kafilah grup/bus akhir usai ziarah maqam KH.Abdul Wahab Chasbullah


No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.