Skip to main content

Menilik Kembali Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Sumber: Nusantara News. ist



Sebuah sajak di HUT RI ke-72 dari "Disisi Saidi Fatah" untuk mengenang kembali perjuangan para pejuang bangsa. Sebagai renungan kita yang telah merdeka selama 72 tahun.

Sajak ini dibuat teruntuk santri Asshiddiqiyah 11 Gunung Labuhan, Way Kanan, Lampung. Terkhusus santri laki kamar satu, sebagai persenbahan HUT RI tahun 2017.


Asshiddiqiyah 11 Way Kanan, 18 Agustus 2017


Berpuluh tahun yang lalu
Negara yang kita cintai
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dalam masa penjajahan bangsa Belanda


Para pejuang kita
Pahlawan bangsa
Pahlawan revolusi kita


Pahlawan-pahlawan kita berjuang
Mempertahankan Indonesia


Bumi pertiwi ini menjadi saksi sejarah
Betapa besarnya perjuangan para pahlawan kita
Membela, mempertahankan, bangsa kita


Darah bertumpahan dimana-mana
Mayat-mayat bergelimpangan
Kita dijadikan budak oleh para penjajah
Kita dipekerjakan dengan paksa oleh mereka
Namun semangat para pahlawan kita tak pernah padam
Seperti api neraka yang membakar orang-orang yang berdosa
Hingga tibalah saat nya, bangsa kita merdeka


Para pejuang bangsa kita bercucuran darah
Demi kemerdekaan bangsa Indonesia
Dari sebuah kerja paksa
Menjadi bangsa yang maju dan sejahtera


Merdeka lah Indonesiaku
Sekali merdeka tetap merdeka
NKRI Harga Mati
Allahu Akbar

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...