Sertifikat Literasi dan Pengembangan Ide, Gagasan, dan Pemikiran Kreatif

Oleh : Alfa Arkana Eounoia

"Ada yang menyebut sertifikat literasi hanya sebagai bungkus gorengan dan tidak ada manfaat nya.
Bagiku tidak,  hal itu sangat berharga sekali untuk mensupport serta menyemangati para penggiat literasi supaya makin giat dalam berkarya.  Terkecuali bagi mereka yang berkarya dengan plagiat"
Illustrasi. Is


Belakangan ini begitu banyak event-event literasi menulis yang diselenggarakan oleh penerbit, perusahan,  lembaga,  bahkan sampai organisasi baik melalui media massa sampai dengan media digital.

Apalagi ketika bapak presiden kita, pak Jokowi mencanangkan berbagai program sebagai upaya meningkatkan literasi oleh pemerintah, seperti Gerakan Indonesia membaca (GIM), Gerakan Literasi Bangsa (GLB), serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), yang pada saat ini menjadi program wajib yang harus dilaksanakan seluruh sekolah sebelum memulai proses belajar mengajar.

Gerakan literasi sangat diperlukan dalam mengembangkan pola pikir,  ide,  gagasan,  dan pemikiran para generasi penerus bangsa.
Salah satunya dalam dunia tulis menulis, gerakan literasi semacam ini sangat dibutuhkan sebagai penyumbang ide-ide kreatif untuk menunjang minat baca masyarakat Indonesia serta menangkal informasi dan konten-konten negatif.  Sebab,  melihat kondisi kedudukan negara kita (Indonesia) yang saat ini menduduki posisi ke 60 dari 61 negara di dunia dengan minat baca yang sangat rendah.

Peringkat minat baca Indonesia dalam data world’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Indonesia hanya menempati satu peringkat di atas Bostwana, serta berada di bawah Thailand yang menempati peringkat 59. Unesco juga melansir indeks tingkat membaca orang Indonesia yang hanya 0,001. Artinya dari 1000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Ditambah lagi dengan sulitnya akses terhadap buku-buku yang semakin memperburuk kondisi tersebut.

Berangkat dari kenyataan di atas, dapat kita lihat bahwa kegiatan membaca belum berjalan dengan baik di Indonesia, baik dari segi ketersediaan akses terhadap buku-buku, maupun minat baca masyarakatnya. Padahal membaca merupakan faktor penting untuk meningkatkan mutu pendidikan serta kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Persoalan rendahnya literasi masyarakat Indonesia merupakan kendala serius yang sedang kita hadapi dalam upaya meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia.

Kendati demikian,  para penerbit, perusahaan, lembaga,  sampai organisasi ikut berlomba-lomba mengadakan event dari yang sederhana sampai yang besar-besaran.
Namun,  diaamping itu juga ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
Pernah saya mendapatkan ungkapan yang terkadang menyakiti hati dan membuat down para penggiat literasi.

Dalam mengikuti event,  salah satunya ialah event menulis,  baik cipta puisi,  essay, artikel,  dan karya tulis lainnya.
Para penerbit tentunya akan memberikan sertifikat sebagai tanda terima kasih dan juga sebagai media untuk mensupport peserta supaya lebih giat dan lebih rajin dalam berkarya.

Namun,  ada beberapa orag yang memandang bahwa sertifikat itu hanya sebagai bungkus gorengan saja dan sangat tidak ada manfaat dan tidak ada gunanya. 
Ya,  jika kita memandang dari segi bentuk saja memang seperti tak ada guna.  Namun jika kita melihat dari segi perjuangan kita itu sangat berharga sekali.
Jangan bilang menjadi penggiat literasi melalui tulisan itu mudah!  Siapa bilang?
Menulis itu bertahap dan enggak semudah kita membalikkan telapak tangan yang hanya dengan sekejap mata saja.
Dari awal kita mencari ide dan inspirasi yang akan ditulis saja susah,  perlu waktu bahkan terkadang menguras banyak pikiran.
Apalagi kalau tulisan yang akan ditulis tema nya sudah ditentukan,  makin susah lagi.  Apalagi untuk penulis pemula seperti saya.

Ketika kita menuangkan tulisan juga butuh waktu,  dari segi bahasa dan penulisan kita harus baik dan benar.  Sehingga ketika si pembaca bisa memahami apa yang kita sampaikan melalui tulisan.
Jadi enggak mudah ya untuk sekedar menulis saja. Menulis itu butuh inspirasi bahkan butuh dolan (jalan-jalan) untuk mencari ide.
Nah,  jadi sertifikat literasi itu juga perlu untuk mengapresiasi dan men-support para penggiat literasi supaya lebih giat lagi dalam berkarya dan juga sebagai pengingat (reminder) untuk kita bahwa kita pernah ikut dalam event tersebut.
Terkecuali yang suka berkarya dengan plagiat,  mungkin bagi mereka tidak seberapa penting.

No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.