Skip to main content

Terbelunggu Media: Syair Indah Bagi Pengguna Media Sosial

Sebuah catatan kecil, sebagai kado terindah untuk tim sekaligus panitia lomba cipta puisi tingkat nasional dengan tema "Media Sosial" bersama Kars Publisher. Yang diselenggarakan di Kota Tuban.


  
      Buku Antologi Puisi "Terbelunggu Media" ini merupakan hasil event lomba, yang memuat seratus sajak-sajak dalam syair yang indah dari seratus penulis se-NUsantara.
    Sebagaimana yang telah kita ketahui, media sosial merupakan alat pembantu dimasa depan, sebagai perkembangan diera teknologi digital di jaman yang semakin canggih dan maju ini.

    Media sosial telah banyak membantu orang-orang, Baik dalam komunikasi dan juga dalam menjalani hubungan antar sesama baik didalam keluarga, sahabat, teman, kenalan, dan kerabat kerja.
    Dengan adanya media semua menjadi mudah, kita bisa saling terhubung dengan keluarga dan lain-lain, bisa juga bisa menjelajahi dunia dengan mudah, serta membantu kita untuk menemukan sesuatu yang masih awam.

    Namun, tidak semua media bisa membantu kita dalam berkehidupan. Kadangkala ada saat dimana manusia terbelunggu akan media sosial. Sebab media sosial juga bisa membunuh kita hanya karena kita salah ucap saat berkata-kata. Maka kita diharuskan untuk terus berhati-hati dalam bermedia sosial. Jangan semua kita publikasikan, akan ada saatnya itu kita jadikan privasi.

   Oleh sebab itu, buku ini diterbitkan untuk menceritakan segala keluh kesah akibat adanya media sosial dan juga sekaligus menjadi cerminan bagi kita semua.
   Sebagaimana kita ketahui, dalam tahap belajar tentunya masih banyak yang kurang, baik dalam penulisan, penataan, serta dalam menerapkan kata-kata. 
Oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk lebih baik ke masa depan yang lebih gemilang.


Keterangan buku;
Judul Buku : Antologi Puisi "Terbelunggu Media"
Penulis : Rohmad Yasin, Suliyah, dkk
Penyunting : Dhahrul Mustaqim
Tata Letak : Dhahrul Mustaqim
Desain Saampul : Dhahrul Mustaqim

Penerbit : Kars Publisher
Tebal Halaman 136 Halaman, 14x20 cm
ISBN : 978-602-50269-4-2
Cetakan 1, Oktober 2017

Informasi dan pemesanan buku;
Email : karspublisher77@gmail.com
Facebook : Kars Publisher
Whatsapp : 0815-5306-0157
Blogger : Karspublish.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...