Skip to main content

Dear : Allah Yang Maha



Assalamu’alaikum

Salam ta’dzim untukmu ya Rabb, zat yang yang maha, yang selalu kami junjung tinggi.
Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Rabbi, Ya Rabbana. Dalam kehidupan duniawi yang hanya bersifat sementara ini, selalu ada hitam dan putih, ada asam, manis, dan terkadang pula pahit. Semoga dengan bermacam-macam rasa itu engkau beri kami kekuatan, kesehatan, keimanan, keislaman, dan ketaqwaan bagi kami untuk melalui itu semua.
Ya Rabb, sampai hari ini aku masih bingung, masih belum juga mendapatkan petunjuk dan cahaya penerangan darimu. Apakah harus sesabar ini menunggunya? Sebesar apakah kesabaran yang aku punya ya Rabb, sampai air mata terjatuh tanpa terasa bahkan terkadang tak terlihat wujudnya. Haruskah diri ini selalu berbohong terhadap rasa yang dimiliki?
Aku hanyalah manusia biasa, hambamu yang lemah, yang tak berdaya tanpa bantuan dan pertolongan darimu ya Rabb. Tapi mengapa diri ini selalu di permasalahkan, selalu salah dihadapannya?

Hal ini tidak seperti dahulu, awal kita bersama ya Rabb. Ketika itu beliau sangat senang dengan diri ini, aku merasa sangat terbebaskan dan tak ada larangan bagiku untuk terus berkarya dan bersama masyarakat luas tanpa ada batasan-batasan diantara kita. Tapi mengapa setelah berjalan lama dan aku merasa nyaman berada disini, tiba-tiba ia berubah dan sangat anarkis. Apalagi ketikaku banyak kenalan dan banyak aktif dengan kegiatan sosial.
Bagiku tak masalah ya Rabb, jika aku dimarah dengan alasan tertentu, namun tidak bagiku jika marah dan memakiku tanpa alasan yang kuat, apalagi terhadap sebuah masalah yang memang bukan aku yang buat dan juga bukan tanggung jawabku.
Ini sudah tidak adil bagiku, mengapa aku yang selalu dipermasalahkan dan selalu salah dimata nya. Semua tugas dan tanggung jawab selalu aku laksanakan dan kerjakan dengan tepat waktu. Mengapa harus aku ya Rabb yang di marah dan dilarang, mengapa tidak bagi yang lain. Sedangkan yang lain bebas, melakukan aktivitas, pekerjaan, dan kesibukan mereka?

Sampai kapan ya Allah aku harus terdiam dalam sandiwara penuh kebohingan ini! Sampai kapan aku selalu dipermasalahkan dan selalu di pojokkan dengan segenap kesalahan-kesalahan yang selalu mereka sebar luaskan.
Inikah yang dinamakan dengan keimanan? Yang semakin besar dan kuatnya iman  seseorang, maka semakin besar pula cobaan, godaan, dan rintangan baginya!

Ya Rabb. Pada hari ini, hari Jum’at yang berkah ini tak banyak yang aku pinta ya Rabb.
Aku hanya minta untuk mensudahi semua sandiwara dan kebohongan ini, aku tak bisa terus menerus berada dalam sandiwara sebab aku bukanlah aktor ataupun sutradara yang ahli pada bidangnya. Aku juga ingin bahagia dengan mereka para orang-orang yang aku sayang serta keluargaku. Aku ingin bebas bekerja, berkarya, dan beraktivitas sebagaimana yang lain.
Ya Rabbi Ya Rabbana hanya padamu dan hanya engkau Ya Rabb yang dapat mengabulkan semua. Kabulkanlah ya Allah.


Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.