Kiat-Kiat Menjadi Penulis Muda

 
     Berbicara menulis, tentu saja kita semua sudah tidak lagi asing akan hal ini, sebab dari kita menduduki sekolah dasar bahkan jauh sebelum itu kita sudah diajarkan untuk menulis. Bukankah seperti itu? Tidak dipungkiri bahwasanya setiap insan didunia adalah penulis sejati, sejatinya ia akan menulis kisah hidupnya sebagai catatan di akhirat kelak. Pada kesempatan kali ini saya tidak akan membahas tentang kepenulisan untuk catatan kita di akhirat, sebab hal itu bukanlah kewajiban saya. Disini saya akan berbagi sedikit pengalaman yang saya alami dalam dunia kepenulisan.

       Saya mengenal dunia tulis menulis sejak tahun 2015 lalu, ketika saya mengikuti sebuah program edukasi yang dimana saat itu tujuan kita adalah untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri. Uniknya program ini, kita tidak hanya belajar tentang akademik saja, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang diberikan salah satunya adalah soft skill. Salah satu dari soft skill ini adalah kegiatan jurnalistik. Dalam dunia jurnalistik saya diajarkan dengan metode ATM, apa itu ATM? ATM ini merupakan akronim dari Amati, Tiru, dan Modifikasi. Ketiga hal ini yang selalu saya gunakan. 
       Yang pertama adalah amati; sebaik-baiknya penulis ialah orang yang rajin mengamati, mengamati bukan hanya sekedar melihat, akan tetapi membaca dan memahami suatu keadaan. Lalu yang kedua adalah tiru, dalam hal ini kita diminta untuk meniru. Meniru bukan berarti kita harus mencontek ataupun plagiat, jangan sekali-kali kita biasakan memplagiat ataupun kalau dalam bahasa kerennya sekarang itu adalah kopi paste. Akan tetapi meniru yang saya maksud adalah melihat dari sudut pandang, gaya bahasa, gaya kepenulisan. Dan yang ketiga adalah modifikasi, dalam hal ini kita mengunakan imajinasi kita, saya yakin semua kita memiliki sudut pandang, iide maupun imajinasi tersendiri. Gunanya agar tulisan kita enak untuk dibaca dan ada nilai seninya tersendiri.

          Saya memulai kegiatan tulis menulis dari membaca, hal ini merupakan kewajiban bagi seorang penulis sebab dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu, ide, dan juga inspirasi. Selain itu juga dengan membaca akan menambah wawasan juga pengetahuan kita. 
             Awal saya terjun dalam dunia kepenulisan, saya diberi tugas untuk menulis berita. Bagi orang yang sudah lihai dalam menulis berita tentu saja hal ini sangatlah mudah dan hal yang biasa, akan tetapi untuk orang yang awam seperti saya, apalagi saat itu budaya baca saya sangatlah kurang, bagi saya hal ini adalah tantangan terbesar. Dalam satu pekan saya diminta untuk menulis minimal lima berita dari kegiatan-kegiatan yang saya ikuti, baik diskusi, seminar, pelatihan, maupun pertemuan-pertemuan lainnya. Memulai awal yang baru memang sulit, namun dengan belajar yang sungguh-sungguh dan komitmen inshaAllah semua akan indah pada waktunya. Percayalah usaha dan proses kita tidak akan menghianati hasil.
        Dari sini saya banyak membaca berita, melihat berbagai macam gaya dan sudut pandang para jurnalis dalam menyampaikan informasi. Setelah hampir delapan bulan saya komitmen menulis berita, saya mencoba hijrah dan menulis artikel perdana saya yang waktu itu alhamdulillah bisa tembus dalam media online NU Lampung, artikel dengan judul “Media Sosial Revolusi Teknologi Informasi” dimuat pada 23 November 2016 lalu (http://www.nulampung.or.id/blog/media-sosial-revolusi-teknologi-informasi.html). Tidak hanya itu, masih banyak lagi artikel-artikel lain yang memuat tentang lingkungan hidup, kebudayaan, dan juga religius yang tembus di NU Lampung.

        Selain menulis artikel saya juga rajin menulis puisi, awal saya hijrah menulis puisi ketika saya mengikuti lomba online yang diadakan oleh beberapa penerbit online. Alhamdulillah sampai sudah ada beberapa buku hasil dari karya bersama dengan para penulis muda, diantaranya; antologi puisi, cepen, dan essay.
Menulis itu hobi saya, sarana dan media untuk berkarya, bahkan tidak hanya itu menulis bagi saya adalah ruang untuk saya mencurahkan segala keluh kesah, kata hati yang tak mampu saya utarakan, dan menulis adalah sebuah pengabdian untuk saya bagi anak dan cucu kelak.

        Untuk menjadi penulis itu tidaklah sulit, yang sulit adalah memulai dan komitmen untuk terus mencoba dan berproses. Tidak ada orang yang sukses dengan mudah, semua berproses mengikuti alur, jatuh bangun dan bangkit kembali. Kalau kata Tan Malaka “Terbentur, Terbentur, Terbentuk”, hal ini yang menjadi landasan saya untuk terus berkarya meskipun karya saya masih kurang layak untuk dibaca, ya setidaknya saya sudah berusaha untuk tidak menjiblak ataupun plagiat karya orang lain. Tidak ada karya yang jelek, yang jelek itu adalah plagiat karya orang lain. Bukankah begitu?

          Jadi intinya, menjadi penulis itu harus banyak membaca, tidak hanya membaca buku saja, baca berita, informasi-informasi, apalagi kita sekarang hidup pada zaman teknologi, medsos pun bisa kita jadikan media untuk membaca. Dengan membaca pengetahuan, wawasan kita kan bertambah dan tentunya akan menambah ide dan inspirasi bagi kita juga. Selain membaca kita juga harus banyak mendengar, diskusi, dan shering dengan teman, sahabat, kerabat, maupun keluarga baik yang berhubungan dengan pribadi maupun hal-hal yang sedang tren dalam kehidupan kita. 

       Perbanyak berlatih menulis meski hanya catatan harian dan mintalah kritik juga saran dari teman, sahabat, maupun keluarga. Dan sering-seringlah terluka, maka akan banyak muncul kata-kata.

No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.