Selalu Bersyukur (3)

 By : Alfa Arkana Eounoia (DSF)


Lanjutan novel "Perjalanan, Mimpi, & Inspirasi" Bab III

“Puji syukur terhadap Allah, Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmatnya serta memberikan keajaiban terhadapku. Kini aku sadar betapa besar kuasa-Nya, begitu dengan mudahnya Allah mempertemukan dan memisahkan kita dengan seseorang, bahkan hanya dalam sekejab saja”

Masih saja teringat dalam setiap langkah, senyum menenangkan hati, mata dan wajah berseri itu. Sejak pertemuan dengan Alfa pada hari itu, aku rasa banyak menemukan perubahan dalam hidupku, sikap dan pola hidup tak lagi sama. Tak pernah lagi mengurung diri dikamar, waktu banyak aku habiskan untuk membaca, menulis, dan berkeliling disekitar rumah, terkecuali ketika aku sedang bosan atau merajuk. Jika aku sedang merajuk pada seseorang aku sering kali mengurung diri dikamar bahkan ketika aku lapar, tak sedikitpun ada keinginan untuk makan dan minum, terkecuali ketika diri hendak ke kamar mandi.

Sejak mengenal Alfa semua berubah seratus delapan puluh derajat, entah kejaiban apa yang Allah berikan untukku. Namun aku sangat bersyukur atas kehadiran Alfa yang mampu merubah segalanya dengan begitu cepat. 
Menjelang subuh tiba, diri ini telah bersiap-siap menyambut pagi. Menuju kamar mandi cuci muka, gosok gigi, lalu ambil wudha dan sholat thajjud dilanjutkan dengan sholat subuh lalu olahraga pagi. 

Tak seperti biasanya aku banyak mengulur waktu, bahkan terkadang aku bermalas-malasan untuk membuka pintu kamar ketika pagi menjelang, apalagi ketika diri sedang merajuk bisa berhari-hari tak keluar kamar apalagi keluar rumah. Namun semua kini benar-benar telah berubah tidak lagi seperti itu, aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Semangat empat lima selalu tumbuh dalam diri. Pagiku kini tak sia-sia lagi, banyak tugas dan PR yang menumpuk sudah lama tak tersentuh olehku dan kini semua perlahan mulai terselesaikan satu persatu.

ᴥᴥ ᴥᴥ ᴥᴥ

Semakin hari bayangan Alfa selalu menemaiku, menyemangati diri untuk terus berbuat dan melangkah, tak sedikitpun hati goyah ataupun menyerah. Aku hanya pasrah terhadap skenario-Nya Allah. Namun tak henti berharap dan selalu berdoa agar semua bisa sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Perlahan aku belajar ikhlas untuk melepaskan ratusan bahkan ribuan kenangan dan bayangan semu serta mimpi-mimpi yang dahulu kurangkai indah bersama sang motivator yang menjadi kebanggaan dan penyemangat serta inspirasi-inspirasiku dulu. Sebagaimana keindahan kata pada syair dalam bait demi Sbait puisi. Kini semua hilang bagaikan kapal yang karam ditengah lautan, hanya sisa kepingan memori yang apabila teringat olehku selalu membuat luka. Tak jarang hal itu menghadirkan bahagia.

Puji syukur terhadap Allah, Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmatnya serta memberikan keajaiban terhadapku. Kini aku sadar betapa besar kuasa-Nya, begitu dengan mudahnya Allah mempertemukan dan memisahkan kita dengan seseorang, bahkan hanya dalam sekejab saja. Kita tak tahu kapan dan dimana akan berjumpa dengan orang baik, begitu pula dengan sebaliknya, sebab kita hanyalah manusia yang tak tahu apa-apa terhadap skenario-Nya. Aku rasa aku  adalah orang yang sangat beruntung, dipertemukan dengan orang-orang yang baik dan sayang terhadap diri, namun masih banyak PR yang masih harus dibenahi,  diperbaiki dan dikoreksi kembali; salah satunya ialah bagaimana kita mempertahankan hubungan dengan orang itu sendiri agar tetap terjalin hubungan dan komunikasi yang baik serta tetap bersama sampai akhir hayat menutup mata. Sebab aku tak ingin kejadian lama terulang lagi dan lagi, cukup untuk akhir ini saja.

Sebagaimana pepatah mengatakan “Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung” maka dari itu aku selalu ingin bersahabat dan berhubungan dengan baik terhadap siapapun itu, tak pedulikan apapun latar belakangnya dan darimana asalnya. Aku harap persahabatanku dengan Alfa akan terus membaik meski suatu saat nanti akan terpisahkan oleh waktu. Besar harapku menjalin persahabatan dan persaudaraan yang lama dan meninggalkan kenangan indah, sebab tak inginku seperti yang lalu yang hanya menyisakan luka dan air mata.  




Sebagai mana pepatah mengatakan;
“Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung”
Oleh sebab itu, aku ingin selalu bersahabat dan berhubungan baik terhadap siapapun itu, 
tak peduli asal-usulnya, latar belakang nya, serta darimana asalnya.


No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.