Skip to main content

Terima Kasih Untuk Waktu yang Lupa Aku Syukuri

 

Panorama alam di sekitar Legok Jamboe, Kec. Cariu, Kab. Bogor, Jawa Barat | Pecandu Sastra Photo©2022.ist


"Sebenarnya, kita yang kurang peka. Setiap keadaan ada hikmah yang dapat dipetik dan menjadi pelajaran tak ternilai. Kita yang kurang bersyukur, hingga hati jadinya kufur."


  "Antum harus banyak bersyukur, karena antum sedang Allah selamatkan," demikian sepenggal kalimat meluncur bebas dari bibir salah satu jama'ah majelis ta'lim malam itu. 

Malam kian larut, menyisakan kami bertiga yang masih bercengkrama di bawah sinar rembulan yang sedikit meredup. Di temani aroma kopi mengebul kental menjadi sahabat bincang-bincang yang kian hangat. 


Ada benarnya juga apa yang beliau sampaikan tadi, bisa jadi kondisi saat ini yang sedang menimpa diri adalah bagian dari pertolongan Allah untuk menyelamatkan kita dari hal-hal yang sebenarnya kita anggap baik, padahal rupanya buruk di hadapan Allah. Hanya saja kita yang kurang peka dan tergesa-gesa. 


Sedikit merenungkan kalimat itu, aku terbawa ke alam bawah sadar untuk sekian waktu. Mencoba melihat kembali, merêka adegan demi adegan yang pernah mampir dalam hidup. 


Sampai pada suatu masa, di mana aku pernah berkutat dalam doa-meminta agar Allah memberikan yang terbaik untuk masa depanku, dengan harapan agar Ia mendekatkan ku pada ajaran agama-Nya. 


Aku kembali membuka mata, menghela napas perlahan dengan terus mengucapkan lafadz tahmid sebagai tandai syukur atas nikmat dan rahmat yang Allah berikan. 



Benar, ini adalah bagian skenario yang sedang Allah bangunkan. Sebagaimana seiring dalam doa meminta agar diberi waktu dan kesempatan  memahami ajaran agama-Nya lebih khusyuk dan baik. Berharap agar Ia pun mendekatkan diri  dengan orang-orang shalih dan shalihah agar aku bisa mengikuti jejak keshalihan mereka.


Selama ini memang sering merasa tidak merdeka terhadap diri. Masih terbelenggu dengan kemauan orang lain yang terus menginginkan yang terbaik untuk diriku sebagaimana versi mereka, sedangkan aku justru kian memproduksi luka batin demi memenuhi kemauan dan ekspektasi mereka. 


Terima kasih Ya Allah, setiap perjalanan engkau selalu hadir menyapa melalui berbagai media yang tak pernah aku sangka. Aku yang kurang peka, hingga nikmat-Mu yang seharusnya disyukuri justru menimbulkan kufur. 


Perjalanan ini adalah bagian untuk introspeksi dan evaluasi diri. Ujian itu datang sebab Allah sayang, Ia ingin kita terus lama-lama meminta dan terus larut dalam menghamba padaNya. Bukankah kita meminta yang terbaik? 


"Seandainya aku masih berkutat di bawah mesin yang terus menjajah itu, tak mungkin bisa kudapati nikmatnya bersama-Nya."


Bismillah. Alhamdulillah Ala Kulli Hal. "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan."

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.