Skip to main content

Alasan Habib Umar bin Salim bin Hafidz Tidak Memperbolehkan Menaruh HP di Saku Baju!

 

Foto Pexels. Its


Pada suatu ketika, entah kesekian berapa kalinya aku ikut mengawal Abah dalam mensyiarkan dakwah Islam di kampung nun jauh dari keramaian dan hingar-bingar kota. Sejak tidak lagi disibukkan oleh aktivitas pabrik, aku senang mendampingi beliau. Bukan keterpaksaan atau ingin mengambil hatinya, bagiku suatu kesenangan dan memang nyaman berada di dekat beliau, apalagi melakukan hal yang memberi dampak baik juga kemaslahatan.


Jika ikutnya diriku bersama beliau adalah suatu keterpaksaan atau kepura-puraan guna mendapat perhatian, sudah jauh mentalku tumbang. Panas, hujan, bahkan berkali-kali merasakan dinginnya terpaan angin malam. Aku salut dengan beliau yang masih gigih, penuh energik, dan istiqomah dalam pengembaraan syiar dakwah pada usia yang sudah memasuki tahun emas.


Di sini, aku hendak ingin berbagi sesuatu yang menurutku sangat layak untuk dibagikan dan diketahui khalayak ramai. Kelihatannya sangat sederhana, sepele, tapi memiliki dampak yang besar. Sebagaimana hadist mengatakan, sampaikan ilmu walau satu ayat, dan ada pula yang menyatakan; sampaikanlah kebenaran meski itu pahit. Jadi, aku tambahkan; sampaikan kebenaran sesuai dengan pemahaman orang banyak. 


Baca: Dari "Raden Kian Santang" Jadi Candu Sholawat
 

Bukan. Bukan itu yang hendak aku sampaikan. Seperti yang aku katakan pada bait pertama di paragraf ketiga, hal ini simpel dan sepele, tapi memiliki dampak yang besar jika kita terapkan. Apa itu?


Jadi, pada suatu ketika, saat kita sedang berbincang di beranda majelis. Abah pernah berkata kepadaku, agar tidak sembarang menaruh smartphone atau yang lebih dekat dengan sebutan kita; HP. Terutama agar tidak menaruhnya di saku baju atas, yang berada di dekat area dada. Mengutip pesan dari Habib Umar bin Salim bin Hafidz, Tarim, dalam nasihat beliau pernah berpesan agar tidak menaruh HP di saku baju; terutama di dekat area dada. Hal ini dikarenakan di area dada itu ada hati.


Dalam maqala beliau, ujar Abah menuturkan, sembari menikmati secangkir kopi tanpa gula. HP sering kita gunakan untuk hal-hal yang banyak mudharatnya (tidak baik atau tidak bermanfaat); banyak digunakan untuk kemaksiatan. Contohnya saja dalam era yang semakin canggih ini saja, jari kita sangat mudah untuk berjulid ria, ya kan! Nah, hal itu juga termasuk maksiat. Belum lagi tayangan-tayangan yang sering berseliweran di layar HP kita, baik itu disengaja atau pun tidak, hal-hal yang tidak layak untuk kita tonton dan lihat, bahkan mungkin banyak aurat lawan jenis yang kita tonton. Dan masih banyak lainnya.


Baca: Tiga Puluh Jam Bersama Habibana 


Mengapa beliau tidak memperbolehkan? Sebab, apabila HP ditaruh di dekat dada, yang mana di situ juga berada dekat letaknya hati. Dikhawatirkan segala keburukan, kejelekan, dan hal-hal mudharat yang kita lakukan dengan smartphone atau HP itu terserap oleh hati kita. Hati kita itu mudah menyerap apa saja. Hal itu dapat membuat hati kita menjadi kotor, hitam, sehingga besar kemungkinannya bisa menjauhkan kita untuk mengingat Allah.


Sepele memang, tapi ada benarnya juga. Sudahlah, jangan diperdebatkan, untuk hal baik sudah seharusnya kita ambil dan petik hikmahnya, lalu terapkan dalam hidup. Jadi, yuk mari, mulai saat ini jangan lagi menaruh HP di saku baju atau kantong yang berhubungan dengan area dada. Selain itu juga, secara ilmu kesehatan memang kurang baik bagi kesehatan tubuh. 


Wallahu alam. Salam. Pecandu Sastra.


Baca: Pentingnya Menata Niat
 

Konten ini telah tayang di Kompasiana pada Mei 2023.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.