Cuplikan Film Vina Sebelum 7 Hari. Dok. Dee Company. Ist |
Film Vina: Sebelum Tujuh Hari merupakan karya garapan sutradara; Anggi Umbara yang diproduksi Dee Company dan rilis pada 8 Mei 2024 lalu. Film ini diangkat dari kisah nyata yang menceritakan tragedi pembunuhan dara muda di Kabupaten Cirebon pada tahun 2016 yang lalu.
Bergenre horor, dengan durasi 100 menit - film ini dibintangi oleh Nayla D. Purnama, Lydia Kandou, Gisellma Firmansyah, Pritt Timothy, Delia Husein, dan lainnya.
Vina merupakan gadis cantik multitalenta, ia adalah siswa di salah satu sekolah di Kabupaten Cirebon, juga seorang model. Rambut yang indah dan sehat menjuntai menjadi aset utama bagi Vina, kecantikan itulah yang membuat dirinya dilirik banyak lelaki dan tidak heran jika banyak yang iri pula padanya.
Kecantikan itu pula yang menjadikan Eggi, ketua geng motor Doom Reader menaruh hati pada Vina. Pacar Eggi yang juga satu sekolah dengan Vina akhirnya murka, setelah tahu jika Eggi suka pada Vina. Ia pun membuat perhitungan pada Vina dengan melalukan pembullyan bersama teman se-gengnya.
Vina yang tumbuh dengan keberanian, tidak tinggal diam. Baginya, bullyan harus dilawan, namun apa daya ia hanya sendirian. Ia bahkan terang-terangan mengungkapkan ketidaksukaannya pada Eggi, akan tetapi hal itu tetap tidak mampu mengubah sikap Eggi, ia justru semakin menjadi-jadi.
Alur Jalannya Film
Official Poster Film Vina Sebelum 7 Hari. Dee Company. Ist |
Diawal film, penonton langsung disuguhkan dengan adegan utama; aksi brutal yang dilakukan oleh kawanan geng motor terhadap Vina dan rekannya di atas flyover atau jalan layang Kabupaten Cirebon. Keduanya ditemukan tewas oleh pihak kepolisian dalam kondisi tak bernyawa, dengan tubuh yang penuh luka dan hancur. Mulanya, keluarga mereka mengira kematian ini disebabkan oleh kecelakaan. Namun setelah diselidiki, pihak kepolisian menemukan banyak kejanggalan. Hal tersebut membuat mereka melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kasus ini.
Beberapa hari setelah kejadian, sahabat Vina yang bernama Linda kerasukan. Arwah yang merasukinya mengakui sebagai Vina, dan ia pun menceritakan kronologi lengkap kematian Vina melalui Linda.
Baca: [Film] Air Mata di Ujung Sajadah: Bukti Ketulusan Cinta Seorang Ibu
Cerita tersebut dengan spontan direkam oleh kakaknya Vina. Diketahui bahwa Vina dan rekannya meninggal bukan karena kecelakaan tunggal, melainkan dibunuh dengan sadis oleh sekelompok geng motor. Tragisnya, kelompok ini tidak hanya menyiksa, mereka pun memperkosa Vina secara bergiliran, lalu keduanya dibunuh.
Sepanjang berjalannya film yang menggunakan alur maju-mundur, penonton akan dibuat histeris dengan adegan brutal sekawanan geng motor. Terlebih aksi yang mereka lakukan pada sosok Vina. Meski adanya bumbu-bumbu dramatisasi dalam pembuatan film yang diangkat dari kisah nyata ini, esensi dan alur sebagaimana diungkapkan pada kasus Cirebon 2016 tersampaikan dengan baik.
Dari film ini kita pahami, bahwasanya perilaku bullying ini sangat-sangat harus diwaspadai. Bahkan, sudah memasuki peringatan A1. Sebab, bukan lagi hanya berdampak pada mental dan jiwa, melainkan mampu merenggut nyawa seseorang. Kita bisa melihat akhir ini, begitu banyak kasus pembullyan yang terjadi, baik di kalangan anak-anak, remaja, bahkan dewasa.
Hadirnya filmnya semoga dapat mengungkapkan identitas para pelaku yang hingga pada hari ini masih tersisa tiga orang dengan status daftar pencarian orang (DPO). Semoga dapat segera ditemukan dan diadili dengan seadil-adilnya, tanpa pandang bulu, kedekatan, dan kedudukan. Pun demikian, semoga tidak ada Vina-Vina yang lain, yang menjadi korban pembullyan atau sejenisnya.
Dari pengambilan angle, pembuatan alur cerita, hingga latar pembuatan film ini semuanya apik (bagus), sehingga penonton seakan menyaksikan secara langsung bagaimana tragedi Cirebon yang menimpa Vina pada tahun 2016. Hanya saja pada adegan saat Vina diperkosa, saya kurang setuju. Karena Vina selaku korban seharusnya tidak perlu disorot untuk adegan itu, apalagi dia korban pemerkosaan yang dilakukan oleh banyak orang. Sama adegan ketika dia dikencengin oleh pelaku. Adegan itu seharusnya dihilangkan saja, karena dapat memperparah sakit keluarga korban.
Baca: Menerapkan Dikotomi Kendali Dalam Bermedia Sosial
Apa yang hendak disampaikan dari film ini pun tersampaikan dengan baik kepada publik, bahkan dalam beberapa hari tayang saja film ini mampu membuat beberapa oknum ketar-ketir; ada yang meminta agar film ini ditarik dan tidak ditayangkan, padahal filmnya lulus sensor.
Aku yakin si, pihak-pihak tersebut tidak lain ialah orang-orang yang mencoba memayungi pelaku yang hingga saat ini masih dalam pencarian. Anehnya, 8 dari 11 pelaku yang ditangkap, apa mereka tidak ada yang buka suara terkait pelaku utamanya? Jikalau seandainya mereka sudah buka suara, seharusnya pihak berwajib sudah dengan sigap dan mudah mengamankan dalang kasus ini. Secara mereka kan satu geng, masa iya tidak ada yang ingat dengan wajah pelakunya, tidak ada yang tahu identitas pelaku atau latarnya? Apakah mereka kena amnesia atau justru dibungkam? Padahal bapaknya almarhum Eki (pacarnya Vina) adalah seorang polisi, tapi kenapa ya kok ini kasus lama banget. Pasti orang tua pelaku utama adalah orang yang memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi dari bapaknya Eki. Ya, kita doakan semoga pelakunya segera ketemu dan diadili, agar keluarga dan Vina tenang.
Rating film ini menurut penilaianku pribadi dari keseluruhan ialah 4.8/5.0. Nah, buat teman-teman pembaca yang penasaran dengan kisah Vina, bisa disaksikan secara langsung di bioskop terdekat ya.
Note: Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana
Baca: Membaca 'Ketika Rembulan Insecure' Membaca Diri
Comments
Post a Comment