Skip to main content

Pertemuan yang Tak Biasa

Ilustrasi - pertemuan dua insan di suatu mushola. (Sumber: AI)



Di suatu mushola kecil di sudut hari,
Langkahku berat, hati terasa enggan menepi.
Tempat asing, dinding-dinding sunyi,
Tapi tanggung jawab menarikku berdiri.
Kupikir hanya akan sholat lalu pergi,
Namun takdir menyusun pertemuan sunyi.
Seorang anak kecil -
Dengan mata teduh dan senyum yang tak biasa mengalir.


Tak ada salam, tak sempat bicara,
Hanya tatapan yang menyentuh jiwa.
Seolah Allah berkata lirih di dada:
"Lihatlah, ini bukan kebetulan semata."


Hari berikutnya, ia kembali hadir.
Tak ada kata, hanya hadir yang menyejukkan batin.
Tiga kali datang, tiga kali bertemu,
Hingga akhirnya kita menyapa, malu tapi rindu.


Baca juga: Ketika Tukang Sol Sepatu Jadi Haji yang Mabrur Tanpa Berhaji 


Namanya tak seagung bintang,
Tapi ada kedalaman dalam caranya memandang.
Bukan cinta yang kuharapkan,
Hanya ketenangan yang tak kutemukan dari mana pun selain dari senyumnya yang perlahan.


Aku takut
Bukan pada rasa, tapi pada arah rasa ini dibawa.
Tak ingin ia jadi ujian bagi hatiku,
Namun tak juga bisa kuingkari betapa ia menggetarkan waktu.


Mungkin ini bukan tentang memiliki,
Tapi tentang memahami bahwa takdir bisa sehalus ini.
Tentang betapa Allah tahu:
Kadang yang kita butuh hanya seseorang yang datang diam-diam,
lalu mengajarkan makna hadir tanpa harus mendekap dalam genggam.


Baca juga: Hikmah Pagi Dalam Kesunyian Idul Adha 


Hari-hari berjalan, dan rasa tetap diam.
Tapi ia hidup -
seperti bisik di antara dua sujud,
seperti doa yang tak ingin jadi beban, tapi juga tak ingin dilupakan.


Jika nanti jarak memisah,
Semoga kenang ini cukup jadi arah.
Bahwa pernah, di sebuah mushola sederhana,
Aku dipertemukan bukan karena ingin, tapi karena Tuhan menyelipkan makna.



Lampung, 4 Juni 2025


Baca juga: Ebit G Ade dan Rasa yang Tak Lagi Sama


* Ditulis oleh Cendekia Alazzam dan dipublikasikan pertama kali di Kompasiana.

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...