Skip to main content

Sajak-Sajak Patah di Pertengahan Februari

Gambar hanya pemanis. Milik pribadi dan diambil melalui Redmi Note 14©2025


Sajak Pertama


Sebagai pengagum, aku hanya dapat berjuang melalui doa-doa

Perihal hatimu, hanya Allah yang mampu membuka

Dialah Sang Pemilik, maka ke sana aku mengetuk

Selebihnya, bukanlah urusanku. Perihal kita berjodoh atau tidak nantinya, baik sebagai sahabat, saudara, atau mungkin lebih dari itu, biarlah Allah yang menentukan

Sebab Dialah dzat Yang Maha Mengetahui 


5225


Sajak Kedua


: Kita masih di bawah langit yang sama

Kendati raga berbeda tempat, terpisah oleh jarak dan langkah

Aku yakin, sujud kita masih sama

Ruku' kita pun masih sama

Begitupun kiblat kita, sama.


5225


Baca juga: Syair Rindu di Tengah Musim Hujan 


Sajak Ketiga


Sejak perjumpaan pertama

Rekah senyummu melekat begitu dalam di relung ingatan

Setiap kali waktu kosong menghampiri, klise senyummu tak pernah lepas menghiasi 

Aku takut jika berlebihan mengagumi dan berharap dapat memiliki

Aku takut terlalu dalam menyelam dan akhirnya kecewa yang didapatkan 


8225


Mungkin juga kamu suka; Sebuah Persembahan Untuk Vinza


Sajak Keempat 


Aku sadar, diriku orang baru dalam hidupmu

Kita dipertemukan tanpa ada yang menduga jika pertemuan kemarin adalah jalan dari Tuhan untuk mempertemukan


Hatiku yang tiba-tiba menaruh rasa padamu tanpaku tahu alasannya, lalu berusaha lebih dalam agar kita ada hubungan

Mungkin ini adalah cara Tuhan menggerakkan orang agar mencintaimu


Namun, belakangan sikapmu berubah tak seperti saat-saat awal kita berjumpa

Aku ingin melangkah lebih jauh, tapi aku takut terjatuh, kecewa, dan terluka


8225


Sajak Kelima


Tak akan pernah aku mengagumimu sedalam ini, jika bukan karena Allah yang menggerakkannya

Izinkan aku berjuang lewat doa-doaku, dan kuizinkan kau pun berjuang dengan doamu

Agar siapa nanti yang keluar sebagai pemenang, tak menyisakan luka diakhir cerita


8225


Baca juga yang ini; Titip Rindu

***Tulisan ini milik Pecandu Sastra, jika suka silakan dinikmati dan digunakan dengan bijak. Jika tidak, silakan lewati. Terima kasih telah bersedia mampir sejenak dan membacanya. 

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...