Skip to main content

Ketulusan Cinta An-Nass dan Sepiring Mie Instan

 

Olahan Mie Instan. Foto oleh Klik Dokter. Istimewa.

Momen ramadan mengingatkan aku dengan sejuta cerita yang terukir dalam bingkai perjalanan. Ada banyak kisah yang tersimpan, manis asinnya kehidupan. Suatu saat nanti akan ada waktu untuk bercerita.


           Usai pulang shalat tarawih di masjid, tiba-tiba Papa masuk ke kamarku dengan wajah yang tak biasa. Gelagatnya pun berbeda dari biasanya, sebab Papa jarang masuk ke kamarku kecuali ada perlu, itu pun beliau biasanya ketuk pintu dulu sebelum masuk.


"Ada apa Pa?" Tanyaku sembari mengingat-ingat apakah ada kesalahan yang aku lakukan.


Ku pandangi wajah Papa yang lelah, lalu ia tersenyum menahan tawa. - "Bantu Papa ya kak," sebuah kalimat akhirnya berhasil aku dengar dari bibir Papa. "Papa difitnah."


"Maksudnya gimana? Aku nggak salah dengar kan, siapa yang memfitnah Papa dan sebab apa?" Jawabku penuh tanya.


"Intinya ada yang fitnah Papa, masih satu organisasi. Satu-satunya cara agar dia berhenti melakukan fitnah itu ya dengan wirid, Papa capek ladenin dia, yang ada dia makin aneh."


Baca juga: Apa Iya Dalam Bercanda Kita Harus Merdeka?


"Apa yang bisa aku bantu," jawabku. Sejauh ini aku paham kondisi yang sedang Papa alami, ternyata kabar burung yang aku dengar itu benar. 


"Baca Surah An-Nass seribu kali, khususkan untuk orang yang memfitnah Papa."


"Oke. Bisa," tutur ku, tanpa banyak tanya lagi aku nyatakan siap membantu, selama ini Papa juga banyak membantu urusanku.


Malam itu usai tadarus Al-Qur'an aku langsung tancap gas melalukan apa yang Papa pinta. Di atas sajadah berwarna merah biru pemberian seorang santri ketika aku dan Papa ada kegiatan di salah satu pesantren.


Dalam perbincangan bersama Papa, ada tiga orang yang memfitnah beliau dengan cara memprovokasi anggota organisasi dan menyebar isu tidak benar. Namun, hanya satu nama yang Papa sebut, dia lah sebagai pelaku utama dan wirid surah An-Nass itu ditujukan kepadanya dengan harapan agar Allah membuka hati orang tersebut, juga meminta pertolongan Allah.


Baca juga: Keajaiban Waktu Subuh dan Keistimewaannya Dalam Perspektif Islam 


Dengan mata tertutup dan menghadap kiblat aku mulai bertawasul kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW), lalu berniat membacakan surah An-Nass sebanyak seribu kali yang ditujukan kepada orang yang telah melakukan fitnah kepada Papa.


Entah berapa lama waktu yang aku habiskan di atas sajadah, hanya hitungan tasbih yang melekat dalam ingatan. Ya, itu adalah putaran terakhir dalam lipatan seratus. Setelah genap seribu kali, tiba-tiba tubuhku tumbang. Rasa kantuk dan lelah seharian membuatku terlelap di atas sajadah, belum sempat melepas sarung dan ganti pakaian.


"Kak, bangun sahur," sayup terdengar bisikan lembut di telingaku.


Aku dibuat kaget tiba-tiba Papa berada di sampingku. Yang lebih mengagetkan lagi ketika tahu diriku tidak lagi di atas sajadah, melainkan di atas kasur di ruang tengah. Papa bilang jika ia yang membopongku ke ruang tengah, aku sangat pulas tidur di sajadah sehingga tidak sadar ketika dibangunkan.


Waktu sahur tersisa beberapa menit lagi, aku menyempatkan untuk shalat tahajjud dua rakaat lalu menyusul Papa menuju ruang makan. Di sana Papa sudah menyiapkan mie goreng dengan telur mata sapi yang ia masak khusus untukku. Katanya Mama lagi sedang tidak enak badan, jadi makan seadanya.


Baca juga: Pentingnya Menata Niat!


Antara senang dan terharu, aku sangat bersyukur bisa sedekat ini dengan Papa. Sejak kebersamaan kita dalam satu atap, baru kali ini mendapat perhatian lebih darinya. Papa memintaku untuk rutin melakukan wirid surah An-Nass sebanyak seribu kali itu hingga tujuh hari ke depan, namun ia menyarankan agar aku melakukannya usai sholat subuh saja, agar tidak larut malam.


Alhamdulillah, setelah rutin melakukan wirid tersebut, perlahan fitnah yang ditujukan kepada Papa akhirnya tidak dapat dibuktikan. Dan, kabar baiknya lagi orang yang melakukan fitnah tersebut dikeluarkan dari kepengurusan. Sejak saat itu perhatian Papa berubah, beliau makin banyak bercengkrama denganku dan menghabiskan waktu bersama ketika di rumah. 


Sebagai anak asuh, aku senang memiliki orang tua yang peduli dan penuh kasih. Sayangnya beliau sudah terbukti sejak pertama kali aku memutuskan untuk menetap bersama, terlebih perhatian-perhatian kecil yang beliau berikan saat ini. Surah An-Nass pun menjadi saksi nyata bagaimana aku menyayangi beliau dan keluarga setulus hati.


Momen ramadan mengingatkan aku dengan sejuta cerita yang terukir dalam bingkai perjalanan. Ada banyak kisah yang tersimpan, manis asinnya kehidupan. Suatu saat nanti akan ada waktu untuk bercerita. Al-Fatihah untuk Papaku G.A.


Note: Tulisan ini sudah dipublikasikan di Kompasiana dalam event Ramadan Bercerita 2025. Klik di sini untuk membacanya!

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.