Cerpen : RINDU RAMADHAN BERSAMAMU




Oleh : ALFA ARKANA EOUNOIA (DSF)


Merupakan kedua kalinya tak bersamamu serta para penyemangatku di tahun ini. Tak berada didekatmu apalagi bersama dalam forum satu atap. Terhitung tiga belas bulan empat belas hari kita tak bersama lagi, melalui hari-hari dengan kesibukan masing-masing. Begitu cepat waktu berlalu, tanpa hitungan minggu sampai tahun-tahun berlalu. Memang ini bukanlah pertemuan terakhir kita, begitu besar harap agar ini perpisahan terakhir untuk kita. Sebab aku yakin akan ada waktu dimana kita akan dipertemukan kembali olehnya; sang khalik Allah azza wajalla dilain waktu. Meski berbeda tempat dan suasana, dan tentunya akan lebih indah dari masa lalau serta kenangan yang pernah kita lalui bersama dan telah menjadi kenangan bersama.

Jadi teringat waktu saat bersama Papa dahulu, kemana-mana selalu berdua dan selalu kompak. Papa yang menjadi penyemangat serta inspirasi hidupku, yang selalu memotivasi diri. Awal jumpa dulu, aku benar-benar dibuat jatuh hati oleh sikap, tutur kata, serta gaya beliau. Hal itulah yang membuat diri begitu penasaran, sampai ada rasa ingin mengenal lebih dekat dengan sosok beliau. Dan Alhamdulillah Allah mendengarkan hal itu sampai kita dipersatukan dalam forum satu atap. Sejak saat itu kita selalu melalui aktivitas bersama, menghabiskan waktu dengan hal—hal yan positif.

Yang paling indah adalah ketika ramadhan dua tahun lalu. Masih teringat begitu jelas nan indah nuansa ramadhan bersamamu kala itu.  Aku yang selalu mencuri waktu agar bisa berjama’ah bersama papa, bahkan sampai terlelap bermalaman diatas sajadah melalui malam dengan dzikir bersama. Sering kali papa memintaku untuk berlarut diatas sajadah membantunya melalui lantunan dzikir. Namun semua kini hanya tinggal kenangan, yang hanya mampu dikenang dan tak bisa terulang.

Aku benar-benar telah dibuat rindu oleh kenangan ramadhan itu, ramadhan yang sederhana namun begitu mengesankan bagiku. Terbukti sampai saat ini masih saja terlintas secara jelas moment itu. Berbeda dengan ramadhan dua tahun belakangan ini, aku banyak menyepi dan menyendiri tanpa keberadaan dan kehadiran sosok sang papa. Jangankan untuk duduk atau bahkan jalan berdua, untuk sekedar menanyakan kabar dari papa saja begitu susahnya. Papa begitu sibuk dengan berbagai aktivitas dan kegiatan, sampai papa lupa akan semua. Sering aku bertanya melalui sosial media baik facebook, instagram, maupun twitter, dan yang paling sering melalui massengger whatsapp, namun hal itu hanya sekedar dibaca, tak pernah terbalas sedikitpun. Ya mungin disaat itu papa sedang sibuk dengan urusan yang memang harus dipertangungjawabkan, aku memaklumi hal itu. Sering kali aku mencuri waktu luang untuk menyapa papa, bahkan banyak kuhabiskan hanya untuk menunggu dan melihat aktivitas papa di akun sosial media milik papa. Bahkan sering kali aku menyapa, namun jarang yang mendapat respon darinya. Diantara puluhan sampai ratusan sapaan itu, aku dapat menghitung berapa kali papa membalasanya, tak lebih dari sepuluh balasan dan jikapun dibalas juga dengan balasan singkat, yakni; ya dan atau Aamiin.

Suatu hari, aku ada pertemuan kerja di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), kebetulan satu kota, juga tak jauh dari rumah kediaman papa, sekitar seratus meter dari rumah. Petang itu, usai kegiatan aku kirim pesan singkat via whatsapp ke mama.

"Assalamu'alaikum. Apa kabar ma. Dimana posisi?”

" Wa'alaikum salam. Alhamdulillah baik kak. Dirumah.”

“Adik-adik gimana kabarnya. Sehat semuakan?”

“Alhamdulillah. Semua sehat.”

“Kakak, di SKB. Rencana mau mampir rumah ma. Adik Tsaqif belum tidurkan? Kakak kangen.”

“Ya ada. Mampir kak.”

Usai kegiatan kerja, aku mampir kerumah mama. Berharap bisa bertemu dengan semua; dengan Papa dan adik-adik pasukan Netrahyahimsa-ku untuk melepas rindu dan penat dalam hati. Namun sayang, petang itu akau gagal berjumpa dengan papa, hanya saja bertemu dengan salah satu pasukan Netrahyahimsa; yakni Tsaqif, jagoan yang kesayanganku. Ya setidaknya tidak sia-sia kehadiranku petang itu, meski tidak bertemu dengan semua, semoga esok atau lusa kita segera berjumpa. Aamiin.

Malam itu kuhabiskan dirumah mama, melepas rindu dengan jagoan kesayanganku. Sedikit kecewa sebab tak jumpa dengan papa, sebab niat awal agar bisa berjumpa. Sudah lama tak pernah jumpa, hanya saja dengan para jagoan saja yang sring kali. Sebab papa memang jarang ada dirumah, kebanyakan menghabiskan waktu dalam perjalanan dan di kota. Pagi, sebelum beranjak pergi. Sengajaku kembali membuka whatsapp, barangkali papa sedang online.

"Ping!!!," pesan singkat terkirim dan terconteng dua, bertanda papa sedang aktif.

"Assalamu'alaikum. Apa kabar Pa, semoga selalu baik dan sehat. Aamiin,"

Tak lama dari itu, muncul pemberitahuan di titel-bar menu whatsapp, berhologram online. Begitu senangnya hati membaca tulisan itu, bersemangat menanti balasan darinya. Dan benar, tak lama dari itu muncul tulisan berwarna hijau, yang bertuliskan sedang mengetik pesan. Hati ini mulai bergembira, menanti sebuah jawaban yang masih menjadi misteri itu.

"Wa'alaikum salam. Aamiin,"

Yes!!!. Alhamdulillah, betapa senangnya hati, ketika melihat sebuah pesan masuk menghampiri. Langsung ku ketik kembali pesan balasan untuk Papa.

"Kemarin kakak ada kegiatan di SKB samping rumah, kebetulan acara sampai malam. Semalam kakak mampir dirumah, papa dimana?,"

Lama menunggu, namun tak kunjung juga mendapat balasan dari papa, padahal beliau masih online. Dan beberapa menit kemudian berubah menjadi offline. Yah. Cuma dibaca saja. Meski pesanku tak terbalaskan lagi, aku sangat senang walau hanya sekali balasan. Ya setidaknya aku telah mengetahui kabar beliau hari ini, Alhamdulillah papa baik-baik saja.  Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca dan membalas pesan singkatku, semoga Papa selalu sehat, baik, dan selalu dalam lingdungan Allah.

Sebenarnya aku masih kangen dengan papa, namun bagaimana lagi aku tak dapat berbuat apa-apa. Rindu ini hanyalah sebagai hiasan hati yang entah kapan bisa terobati. Jujur aku sangat kangen sekali dengan papa, apalagi kita sudah lama tak berjumpa, terakhir ketika hari raya idul fitri tahun lalu, dan sekarang memasuki bulan ramadhan kedua tak bersama beliau. Aku rindu moment ramadhan bersama beliau, sahur dan buka bersama, sholat berjamaah sampai terlelap diatas sajadah.

Pa. Terhitung sudah tiga belas bulan empat belas hari kita tak bertatap muka. Komunikasi pun semakin rentan. Aku tahu ini adalah kesahalan kita yang selalu disibukkan dengan urusan yang membuat jarak dan waktu semakin rentan. Sebagai manusia yang memiliki hati, apalagi aku pernah jatuh hati sebab sifat dan cara papa serta gaya yang selalu aku favoritkan. Apakah salah jika aku menaruh rindu untukmu, untuk seorang yang selalu membuat semangat dan memotivasi serta menginspirasi setiap langkah kakiku. Apalagi papa adalah sosok yang menjadi idola, papa bukan hanya sebagai orang tua bagiku, namun papa adalah sosok guru dan sahabat yang menjadi favorit  bagiku. Sejak kita bersama begitu banyak pelajaran, ilmu, dan wawasan yang aku dapatkan. Namun semua hanya kenang yang hanya dapat aku kenang, dan tak mungkin bisa terulang.
Tapi mengapa, rindu ini tak bisa terobati. Papa juga banyak berubah sekarang. Tak lagi akrab, dan sangat susah untuk dihubungi. Banyak cuek. Aku tahu papa bukanlah sosok yang smeacam itu, sebab papa perhatian dan penuh kasih sayang. Namun mengapa sekarang berubah. Untuk sekedar bertanya di sosial media saja susah, apalagi bertatap muka. Aku harap kita tetap kompak dan selalu bersama, meski tak lagi sama dan bersama dalam satu atap. Rindu kamu pa. Aku merindukan ramadhan yang penuh moment bersamamu.






“BIODATA PENULIS”

Disisi Saidi Fatah, pria berdarah Lampung yang menyukai tulis menulis, dan membaca. Pemilik nama pena Alfa Arkana Eounoia itu mengidolakan Habib Syech Abdul Rahmah Assegaf dan Ananda George (Sang Prabu), serta penyuka puisi. Terjun kedunia tulis menulis sejak kenal jurnalistik, pada saat mengikuti BPUN MataAir Way Kanan 2015.
Beberapa karya diantaranya;
- Antologi Puisi Terbelunggu Media – Kars Publisher ( Juli 2017),
- Antologi Puisi Aku Anak Santri – Kars Publisher (November 2017),
- Antologi Puisi Seuntai Kasih Bernama Sayang (Penerbit Satria) Sebagai Terbaik Delapan (Desember 2017),
- Antologi Puisi Aksara Buku Usang – Kars Publisher (Maret 2018),
- Antologi Puisi dan Essai Namaku Kartini – Kars Publisher ( Mei 2018),
- Novel Perjalanan, Mimpi, & Inspirasi – Kars Publisher (April 2018).
- Antologi Essai Peran Perempuan Dalam Pendidikan - Kars Publisher (Juli 2018)

Disisi dapat dihubungi di:
Instagram : @CatatanAlfa
Twitter : @Netrahyahimsa
Blogg : gemilangtotal.blogspot.com
Email : Disisisf.bpun@gmail.com

No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.