Diary di Januari 2019 | Untukmu Yang Tak Pernah Respon

Mungkin benar apa yang mereka katakan. Aku mengerti itu bukan hanya sekedar sindiran tapi lebih dari sekedar masukan yang mematikan. Berjuang mati-matian dengan ribuan pengharapan yang tak kunjung mendapatkan pencerahan. Berkorban demi seorang yang lain harus tumbang?
Tapi tak sedikit pun kau peduli atau respon positif darimu. Aku bingung harus terus bergerak atau malah diam menyerah dan pergi tanpa kembali.
Mereka bilang aku manusia paling bodoh yang memperjuangkan orang yang tak pernah menghargai setiap pengorbanan, yah terkadang memang benar apa yang mereka katakan. Entahlah aku masih bimbang dengan seribu pertimbangan yang masih aku ragukan.

No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.