Skip to main content

Catatan yang Catat di Awal Tahun

Catatan. Pngtree. ist



 Dua hari sudah usai perhelatan demokrasi. Demokrasi sebagai catatan yang menggoreskan banyak kisah, menyisakan luka-luka yang mendalam. Bagaimana tidak, pada awal tahun 2020 ini begitu banyak hiruk-pikuk yang masih sampai kini belum mampu terlupakan, masih berat bahkan sampai kini sama sekali tak ada kepercayaan bahwa waktu itu yang akan terjadi.


               Agustus 2018 lalu, dimana diri ini mulai berteduh di bawah payung hijau bulat. Dari relung hati terbesit niat untuk mengopeni (mengurusi) dapur hijau bundar, tak lain hanya ingin mempererat silaturahmi dalam ikatan di bawah hijau nya NUsantara. Tak banyak harapan untuk mendapatkan materi, maupun sesuap nasi, apalagi jabatan impian. Semua semata karena C I N T A.


                Lika-liku, benturan-benturan baik internal maupun eksternal mencoba merubuhkan dinding yang berdiri kokoh pada sisi-sisi dapur itu, bahkan kerikil-kerikil tajam ikut menghantam. Namun sama sekali tidak mampu meruntuhkan kekuatannya.


             Sampai batas kata ini, masih tidak percaya akan waktu kini. Mengapa harus berjumpa dengan konferensi, mengapa harus ada demokrasi di dalam rumah bersama. Bukankah kita sudah cukup menjadi keluarga yang bahagia, meskipun keluarga sederhana yang mengharuskan banyak pengorbanan dari waktu, materi, dan pikiran? Mengapa semua rusak.


          Akhir kata ini, air mata tak mampu terbendung mengingat kembali tragedi yang memecah malam kelabu yang sunyi. Sahabat, teman, orang-orang kepercayaan. Makan, minum, nongkrong, bahkan (merokok) kita bersama. Sampai kini masih tersisa goresan-goresan luka yang belum mampu terjamah penawar, meski hati memaafkan. Sama halnya sebagaimana paku yang tertancap ke dinding lalu kita cabut kembali paku itu, ia meninggalkan bekas. Bahkan kita tambal sekalipun ia tetap tak lagi sempurna, masih tersisa benjolan-benjolan.


            Entahlah tak ada lagi kata yang mampu terucap, hanya satu yang masih teringat 'penghianatan'.


Its Oke I'm fine. 😍💚.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.