Berawal Dari Optimis Bisa

"Berawal Dari Optimis Bisa”


       Cerita kedua yang termuat dalam buku "Setiap Kata Adalah Do'a" Karya Penulis Muda Indonesia 

Oleh : Senja Jingga Purnama (@pecandusastra96)


            Semua berasal dari sebuah kata, yang secara perlahan tumbuh pada alam bawah sadar dan merubah pikiran dan perasaan. Aku tidak tahu bagaimana proses berlangsungnya, yang jelas semua berasal dari sugesti yang positif, ya begitulah orang-orang besar mengatakan. Ada sesuatu  yang diberikan seorang motivator kepadaku beberapa waktu silam, sesuatu yang begitu berperan dalam perubahan hidup. Sang motivator tersebut mengatakan bahwa alam bawah sadar kita secara cepat atau lambat akan melakukan secara nyata apa yang kita ucapkan, sebab setiap ucapan adalah doa. Ya doa yang akan terjadi pada kehidupan kita kedepan, percaya atau tidak secara cepat atau lambat semua akan terjadi sesuai perkataan kita. Dan itu semua benar terjadi dengan apa yang pernah dilakukan oleh diriku sendiri.

          Jadi pada tahun 2015 lalu, saat itu aku baru lulus ujian nasional tingkat SMA. Usai lulus SMA aku memiliki mimpi untuk bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri minimal di daerahku sendiri, dan pastinya mendapatkan beasiswa gratis sebab aku terlahir dari keluarga yang sederhana dan kedua orang tuaku tidak bisa untuk membiayai kuliah. Oleh sebab itu aku dipertemukan dengan sebuah program yang dibina oleh sebuah organisasi mandiri yang sangat kreatif dan luar biasa sekali. Namanya Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN) MataAir yang kebetulan pada saat itu digerakkan oleh salah satu organisasi daerah yakni Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Bedanya bimbel yang ini dengan yang lain adalah sistem belajar dan pembelajarannya yang modern, sebab kita selain mendapatkan binaan dan pembelajaran materi akademis, kita juga diajarkan dalam hal non-akademis, religius, soft skill, dan life skill. Jadi selama pembelajaran berlangsung kita dikarantikan selama satu  bulan penuh, namun pada saat itu angkatan pertama (tahun angkatanku) 2015 hanya dilaksanakan selama dua Minggu di Pondok Pesantren.

          Dua minggu itu adalah waktu yang  sangat singkat bagiku dan sahabat-sahabat lain yang kebetulan ikut tergabung di BPUN, sebab asik dan sangat luar biasa sehingga kami semua merasa sangat kurang dan ingin sekali waktu karantina ditambah. Namun sayang sesuai kesepakatan awal, hanya bisa dilakukan selama dua minggu saja. Dengan jadwal yang padat, pada pagi hingga siang hari pembelajaran akademis dimulai. Selanjutnya pada sore hari diadakan belajar kelompok yang mana setiap harinya anggota kelompok rombongan belajar (rombel) di roling agar tidak membosankan, lalu pada malam harinya diadakan kelas life skill dan soft skill. Kelas life dan soft skill ini adalah hal yang sangat berperan banget dalam kehidupanku saat ini, mengapa begitu berperan? Karena semua berasal dari kelas yang singkat ini.

          Jadi pada saat kelas life dan soft skill ini berlangsung, dan pada saat itu pula aku mendapatkan uprage diri. Bagaimana tidak. Aku yang dahulu seorang pemalu, gugup ketika berada dihadapan banyak orang atau yang sering kita kenal dengan sebutan demam panggung, serta tidak percaya diri disaat diminta untuk menyampaikan pendapat atau berbicara dihalayak umum. Secara sekarang semua tidak lagi seperti itu, semua berubah total. Sebab apa yang merubahnya? Semua adalah keajaiban dari Allah Tuhan Yang Maha Esa dan Bijaksana, sebab tanpa bantuan beliaulah, semua tidak akan ada dan perubahan yang memang terniatkan dari hati yang tulus pada kita sendiri, lalu faktor dari lingkungan disekitar kita.

          Aku yang pemalu dan demam panggung, pada saat itu usai melaksanakan diskusi dan nonton film motivasi bersama pada kelas life skill, diminta untuk menyampaikan sebuah pendapat mengenai apa yang didapatkan pada sebuah film yang kita tonton tadi. Secara aku adaah orang yang tidak percaya diri, awalnya menolak dan tidak mau sebab harus berdiri dihadapan orang banyak. Memang ketika itu hanya sahabat-sahabat yang memang sudah terbiasa dan sering kali dijumpai bahkan setiap hari bertatap muka denganku. Namun secara fakta memang tidak bisa ditolak, sebab kebiasaan demam panggung ini sudah terbiasa hadir dalam setiap moment yang seperti ini.
Sebagai seorang motivator dan pemimpin yang handal dan profesional, Bapak Gatot Arifianto yang merupakan Ketua PC GP Ansor yang pada saat itu juga ditunjuk sebagai manejer Kota BPUN setempat. Beliau memberikan energi dan sugesti positif kepadaku dan sahabat-sahabat lain agar semangat dan berani tampil didepan.

“Katakan pada diri kita, bahwa kita bisa dan yakinlah kita pasti bisa,” demikian ujar sang motivator tersebut dalam memberikan sugestinya.

Beliau juga mengatakan, bahwa kita adalah apa yang kita lakukan pada hari ini. Beranikan diri untuk menyampaikan hal-hal baik yang positif dan bermanfaat. Alhasil aku dan sahabat-sahabat lain tersugesti dan memberanikan diri untuk tampil. Sebagaimana tampilan awal, yang pasti adalah memberanikan diri terdahulu, nah setelah itu baru kita uprage lagi untuk lebih percaya diri terhadap apa yang kita sampaikan agar tidak gugup dengan pendapat yang dilontarkan. Setiap hari kita selalu diberikan sugesti-sugesti yang positif sehingga kita semakin percaya diri dan lebih berani.

Yang sagat luar biasa adalah ketika kita diajak brain gym ditengah lapangan dan dibawah trik sinar matahari pada pagi menjelang siang hari. Pada saat itu sekitar pukul 10.05 Wib, tepatnya pada hari Ahad. Ketika kita hendak refresing ke salah satu tokoh wirausahawan muda, yakni Bapak H.Hairul Huda, beliau adalah pemilik usaha batu akik yang sedang naik daun pada saat itu. Saat itu pula sedang berlangsung kelas life skill, jurnalistik, dan refresing. Refresing ini dilakukan setiap hari Ahad, gunanya agar setiap peserta bimbel tidak stress dengan jadwal yang padat. Jadi sebelum kita berangkat menuju lokasi, kita diminta pembina sekaligus motivator kita untuk baris di tengah lapangan. Aku dan sahabat-sahabat lain yang belum tahu akan diapakan dan diberi wejangan apa, sebagai peserta ya mau tidak mau harus nurut dan patuh pada perintah pimpinan. Awalnya sih kita diajak main-maian, lompat dan lari-lari kecil, lalu naik lagi ketingkat yang lebih serius. Kita diminta untuk menutup mata dan menghirup udara segar pada saat itu, dengan tarikan perlahan dari hidung dan dihembuskan melalui mulut dalam keadaan yang rileks dan santai. Hal itu dilakukan beberapa kali, setelah itu kita diminta untuk membayangkan suatu kesalahan yang pernah kita lakukan dan membuat kita menyesal sebab telah menyakiti tokoh dalam bayangan kesalahan tadi. Alhasil aku dan sahabat semua mewek alias menangis sejadi-jadinya. Setalah itu kita diajak berimajinasi lagi, yakni dengan membayangkan bahwa kita sedang berada disamping kedua orang tua kita dan kita diminta untuk meminta maaf lalu memohon doa dan ridho dari mereka.
Dan setelah itu kita diberi sugesti yang positif lagi, yang selalu teringat dan masih membekas dalam hati, terutama pada diriku sendiri. Yakni sebuah kata “Optimis Bisa” yang diucapkan secara berulang-ulang.

OPTIMIS BISA!!!

OPTIMIS BISA!!!

OPTIMIS BISA!!!

Selalu diulang sampai kita benar-benar menghayati dengan penuh makna setiap kata yang diucapkan. Meski hanya kata yang singkat namun hal itu mampu membuat kami menangisi, menyesali, dan bangkit dari keterpurukan. Dan hal ini bagiku sangat bermanfaat dan masih menjadi penyemangat setiap langkah dan hembusan nafasku.
Selain itu, pada akhir sesi kita juga diminta untuk menuliskan hal-hal negatif pada diri kita yang ingin kita buang kedalam selembar kertas, akupun tidak tahu akan hal ini.  Sebab kepercayaan pada diriku, akupun mengikuti instruksi dari pimpinan dan membakar habis-habis kertas berisi hal negatif tersebut. Beliau bilang dengan cara itu insha Allah perlahan akan hilang jika dibarengi dengan perubahan secara perlahan.

Hal tersebut benar terjadi, semua berawal dari perkataan yang secara tidak disengaja dan tanpa sepengetahuan kita selama ini, bahwa apapun yang kita ucapkan dan sugesti yang kita berikan pada diri kita, semua akan terekam oleh alam bawah sadar dan semua akan terjadi secara nyata meski ia secara perlahan-lahan. Sebab setiap perkataan adalah doa, setiap doa adalah perisai untuk diri kita. Jadi bertutur katalah yang sebaik dan positif mungkin serta dengan usaha dan juga doa agar semua bisa berjalan sesuai dengan rencana kita.

Sejak saat itu, aku mulai memberanikan diri untuk berada dihadapan halayak ramai, lebih percaya diri, dan selalu optimis terhadap apa yang dilakukan dan yang pasti selalu berdoa dan berusaha juga agar sejalan dengan perkataan. Yang pasti kita harus berani untuk memaafkan diri kita dan meminta doa serta restu dari orang tersayang, terutama kedua orang tua kita yang telah merawat dan mendidik kita sejak kecil sampai pada saat ini, serta guru-guru yang menjadi orang tua kedua kita, yang tak henti mengajari kita agar bisa, serta sahabat-sahabat sebagai faktor lingkungan kita.


SIAPA BISA?

SAYA

SIAPA BISA?

SAYA

SIAPA BISA?

SAYA

SAYA

SAYA

OPTIMIIISSS BISAAAAA

  

“Terbentur. Terbentur. Terbentuk!” Kata Tan Malaka
Hidup Itu Proses, Proses Itu Sakit.“Fa Inna Ma’al Usri ‘Yusra, Inna Ma’al ‘Usri Yusra”Tumbuhkan Kebangkitan Dengan Ketidaktakutan

No comments

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berd...

Powered by Blogger.