Skip to main content

Capcay Sayur Bakso: Makanan Sehat - Kantong Hemat ala Anak Kost

Capcay Sayur Bakso. Foto oleh Disisi/Cendekia/PS_2025


       Hidup mandiri di tanah rantau adalah satu hal yang harus disyukuri. Karena, tidak semua orang bisa dan berkesempatan menjalaninya. Selain kita dituntut harus serba bisa, jarak dengan keluarga juga membuat kita harus 'tetap waras', apalagi di bulan ramadan seperti ini, hidup hemat terus-menerus diupayakan.


Selain harus pintar mengelola keuangan, sebagai anak kost yang hidup sendiri - kita harus pintar-pintar mengatur pola makan, terutama sumber dan kelayakan makanannya. Jangan sampai makanan yang masuk ke perut kita justru menimbulkan masalah bagi kesehatan tubuh.


Menjadi anak kost, tanggal muda maupun tua sama saja. Gaji hanyalah ilusi, hangatnya dirasakan ketika diawal-awal saja, lalu hilang entah ke mana-mana. Hidup hemat menjadi solusi, agar diri tetap waras dan kebutuhan makanan bagi tubuh serta kesehatan terus berjalan. Untungnya punya kemampuan memasak, ya meski hanya basicnya saja, setidaknya bisa membantu diri berhemat dan yang paling utama ialah semakin terjaga kesehatannya.


Baca juga: Lima Pusaka Kehidupan dari Novel Janji Tere Liye


Bersyukur dulu pernah ditinggal sendiri di rumah sama Bapak dan Ibu selama sepekan. Berbekal buku panduan memasak yang ditulis dari resep ibu, basic memasak pun masih teringat jelas hingga kini. Nah, melalui tulisan singkat ini, aku hendak berbagi keseruan ngabuburit ramadanku sembari mempersiapkan menu berbuka puasa.


Jadi, sore tadi aku masak menu Capcay Sayur Bakso. Sudah sejak dua hari lalu kepingin makan bakso, karena pas ke pasar ngelihat bakso dan pingin banget buat masakan dari bakso. Jadilah sore tadi dieksekusi.


Aku dapat resep Capcay Sayur Bakso ini dari salah satu akun konten kreator makanan, ulandailyfood. Bahan-bahan yang aku gunakan, diantaranya; sawi putih 1 crop berukuran kecil, 3 buah wortel, 2 batang daun bawang, dan bakso. Ini aku masaknya ala anak kost ya, jadi porsinya menyesuaikan saja.


Baca juga: Sahur Perdana di Pesantren Tanpa Air Putih


Bumbu-bumbunya terdiri dari, setengah siung bawang bombai, 3 siung bawang putih, satu sendok makan (1 sdm) saus tiram, sdm kaldu bubuk, sdm gula pasir (opsional), 1 sdm kecap, 1 sdm lada bubuk, minyak goreng, dan air secukupnya.


Adapun cara memasaknya, pertama bersihkan dahulu sayur dan wortel, bisa direndam beberapa menit dengan menggunakan air garam dan soda agar bakteri dan serangga hilang semua. Lalu, potong sayur dan bakso sesuai selera. Setelahnya, cincang bawang putih dan bombai, lalu tumis keduanya dengan minyak hingga agak kecoklatan. 


Setelah bawang agak kecoklatan, masukkan wortel dan beri air secukupnya, masak hingga agak melunak. Selanjutnya, masukkan sawi putih, daun bawang, dan bakso, lalu masak hingga melunak. Terakhir, bumbui dengan saus tiram, kaldu bubuk, lada bubuk, kecap asin, dan gula. Masak sebentar hingga kuah mengental, lalu siap disajikan.


Baca juga: Ketulusan Cinta An-Nass dan Sepiring Mie Instan 


Makanan ini dijamin sehat dan bergizi, karena diolah dengan tangan sendiri, jadi untuk kesehatan dan tingkat higienisnya lebih terjamin. Dan, tentunya sangat ramah di kantong. Puasa jadi tenang tanpa takut perihal kesehatan dan keuangan. 


Note: Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di Kompasiana melalui event ramadan bercerita 2025. Klik di sini untuk membacanya!

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.