Skip to main content

Bukan Sekadar Percintaan, Film Komang Banyak Menyajikannya Pesan Moral

Poster Film Komang yang diabadikan melalui smartphone di Bes Cinema Kota Metro. (Sumber: Dokpri/Cendekia Alazzam)


Siapa di sini yang sudah nonton Film Komang? Yap, film yang tayang di layar lebar dengan durasi satu jam empat puluh tujuh menit ini, hingga kini telah berhasil ditonton hampir tiga juta penonton di seluruh Indonesia. Bergenre roman, drama Indonesia satu ini diadaptasi dari lagu berjudul sama yang diciptakan oleh salah satu tokoh di dalam film ini, yaitu Raim Laode.


Cerita sedikit mengenai lagu Komang, pertama kali dengar lagu Komang itu di tahun 2022 akhir atau awal 2023 (lupa tepatnya kapan). Kala itu nggak sengaja nemu akun instagramnya Raim, terus dia sering posting lagu-lagunya dia, bahkan ia juga saat itu sering mengadakan giveaway bagi pendengar setia karyanya. Jadi isenglah ikutan dan mendengar lagunya, lama-lama makin suka. Dari liriknya yang penuh makna, hingga alunan musik yang indah inilah yang menjadi alasan aku menyukainya. 


Hingga pada ramadan lalu, saat mendengar film Komang yang diadaptasi dari kisah nyata perjalanan cinta Raim Laode dan Komang Ade, aku sumringah penuh semangat menyambut hadirnya film ini. Dan, akhirnya setelah menimbang banyak waktu, sepekan lalu dapat menyaksikan secara langsung ini film di layar lebar favorit. 


Di bawah naungan rumah produksi Starvision, film ini dibintangi oleh Aurora Ribero (Komang Ade) dan Keisha Alvaro (Raim), beberapa artis dan aktor ternama juga turut mewarnai, seperti; Cut Mini Theo (Ibu Raim), Mathias Muchus (Ayah Raim), Ayu Laksmi (Meme atau Ibu Ade), Arie Kriting (Boy), Adzando Davema (Arya), dan lainnya. 


Sinopsis Film Komang

Salah satu scene yang aku suka, dengan latar laut yang indah. (Sumber: IMDB/ist)



Film Komang mengisahkan perjalanan cinta seorang pemuda bernama Raim Laode yang berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara. Ia jatuh cinta pada seorang perempuan bernama Komang Ade, yang berasal dari Bali. Hubungan mereka awalnya berjalan mulus penuh kebahagiaan, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka harus menghadapi berbagai tantangan yang menguji kekuatan cinta mereka.


Baca juga: Efektifkah Mengirim Pelajar "Bandel" ke Barak Militer?
 

Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah perbedaan keyakinan yang menjadi penghalang dalam hubungan mereka. Tekanan dari lingkungan sekitar semakin bertambah, dengan banyak yang meragukan kelangsungan hubungan Raim dan Ade dan menganggap hubungan mereka tampak mustahil untuk bertahan.


Meskipun berbagai rintangan menghadang, Raim tetap memiliki tekad yang kuat untuk membuktikan cintanya. Ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta dalam upaya mengejar impiannya di dunia hiburan dan membangun karier dari nol. Hidup di ibu kota tidaklah mudah, tetapi dengan kerja keras dan ketekunan, Raim mampu menghadapi kerasnya kehidupan dan mulai dikenal berkat kemampuannya dalam stand up comedy dan suara unik yang dimilikinya.


Di tengah kesibukan kariernya di Jakarta, Raim tidak melupakan cinta kepada Ade, yang tetap menjadi prioritas utamanya. Namun, cobaan kembali datang ketika Ibu Ade tidak merestui hubungan mereka dan telah menerima lamaran pria lain yang seiman dengan Ade.


Kisah dalam film ini menggambarkan pentingnya ketulusan dan usaha dalam memperjuangkan cinta, serta bagaimana setiap tantangan dapat dilalui dengan niat dan kerja keras. Film ini mengangkat isu yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, yakni perbedaan keyakinan dalam hubungan. Perbedaan agama dan suku menjadi penghalang utama dalam cinta Ode dan Ade, menggambarkan realitas yang dialami banyak pasangan di Indonesia.


Pesan Moral dari Film Komang


Dari film Komang kita belajar akan pentingnya cinta sejati yang bisa melampaui perbedaan, serta keberanian untuk berjuang dan mengambil risiko demi kebahagiaan dan impian. Film ini juga mengajak penonton untuk menghargai keberagaman dan merayakan perbedaan, bukan malah menolaknya. 


Baca juga: "Jumbo: Animasi Lokal yang Memberi Banyak Pelajaran"


Ada banyak pesan moral yang dapat kita petik darinya. Melalui kisah cinta Raim yang beragama Islam dan Komang yang beragama Hindu, meski berbeda keyakinan dan tantangan sosial, keduanya bisa bertahan.


Keberanian untuk berjuang dan mengambil risiko sebagaimana keduanya yang berjuang melawan tekanan lingkungan dan beragam rintangan untuk dapat bersama. Mereka berani mengambil risiko dan memilih jalan mereka sendiri demi cinta dan kebahagiaan bersama. 


Selain dari pada itu, menghargai keberagaman adalah kunci. Film ini menyoroti bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan, bukan halangan. Komang dan Raim saling menghargai dan belajar dari perbedaan masing-masing, yang memperkaya hubungan mereka. Perbedaan harus dirayakan, bukan untuk dilawan atau justru dihilangkan. 


Perjuangan cinta seringkali menuntut pengorbanan. Dari film ini kita disadarkan bahwa untuk meraih cinta sejati, seringkali diperlukan pengorbanan dan perjuangan yang besar. 


Hadirnya film ini, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menghargai keberagaman, berani berjuang untuk cinta, dan tidak menyerah pada impian, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan. 


Baca juga: Darul Amal, Halal Bihalal, dan Pengingat Diri 


Akan tetapi, hal yang harus kita garis bawahi ialah keduanya saling berjuang, keduanya saling mendukung dan kompak. Dan, saling menghargai hal-hal kecil di setiap momen dan kesempatan.


Berdasarkan data yang dihimpun oleh Internet Movie Database atau IMDM, rating film ini mencapai 7,9 dari 10. Kalau dari aku 8.0/10, karena memang sangat menarik dan juga pesan moralnya dapat.



Note: Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana.

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...