Skip to main content

Efektifkah Mengirim Pelajar "Bandel" ke Barak Militer?

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan siswa saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Bandung. (Sumber: Tim Media KDM)


       Akhir-akhir ini kita banyak digemparkan oleh kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Seperti yang kita ketahui, bahwa Kang Dedi secara resmi telah menjalankan beberapa kebijakan yang menjurus pada dunia pendidikan. Seperti larangan study tour, wisuda untuk semua jenjang pendidikan sekolah, hingga anjuran membawa bekal ke sekolah, dan pendidikan khusus 'anak nakal' di barak militer.


Poin yang menjadi pusat perhatian dalam tulisan singkat ini ialah pendidikan khusus 'anak nakal' di barak militer. Jadi, program ini akan mengirimkan anak-anak dengan kriteria "bandel" ke barak Tentara Nasional Indonesia (TNI) selama dua pekan guna menimbulkan efek jera. 


Apa saja kriteria anaknya? Yang masuk dalam kriteria pelajar bandel di antaranya; anak yang suka tawuran, pecandu alkohol, suka main game, melawan orang tua, perokok, dan anak yang suka bolos. Selain itu, anak-anak yang "lemah gemulai" juga masuk dalam pertimbangan pemerintah setempat. Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur juga membuat kebijakan, akan mengirim anak-anak yang terindikasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ke barak militer untuk dibina.


Baca juga: Darul Amal, Halal Bihalal, dan Pengingat Diri 


Mereka akan ditempa dan mendapatkan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kedisiplinan, pembentukan mental, karakter, dan tanggung jawab. Tentu saja program ini sifatnya tidak memaksa, namun sukarela. Orang tua yang tidak menyerahkan anaknya, maka pihak pemerintah tidak memaksa. Meski demikian, kebijakan ini menuai pro dan kontra. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. 


Menurutku, kebijakan ini sangat baik dan efektif guna memberikan efek jera dan pelajaran bagi pelajar yang nakal. Kita melihat belakangan banyak sekali peristiwa yang terjadi di sekitar kita yang melibatkan anak-anak sekolah, baik tawuran, bullying, maupun hal-hal negatif lainnya.


Selagi pendidikan yang dilakukan di dalam barak tidak menyakiti mereka secara fisik dan tidak ditempa sama halnya dengan TNI, tentu kita sangat riang gembira menerimanya. Aku rasa hal ini perlu diterapkan di daerah-daerah lain, bukan hanya Jawa Barat saja. Karena di lingkungan sekitarku saja banyak anak-anak yang bandel, contohnya dalam keluarga.


Baca juga: "Jumbo: Animasi Lokal yang Memberi Banyak Pelajaran"


Pendidikan ini menjadi solusi bagi orang tua maupun pihak keluarga yang sudah tidak bisa membina anak-anaknya dengan baik. Terkadang usaha orang tua dan keluarga seakan tidak membuahkan hasil, karena anak tersebut membangkang. Beragam cara yang dilakukan tidak mempan untuk anak tersebut, maka pendidikan inilah jalan terbaik.


Selain dididik dalam barak, ada hal yang menurutku tidak kalah penting, ialah pendekatan psikologis. Anak-anak bandel dan nakal ini juga harus mendapatkan penanganan psikologis dari psikiater, karena kebutuhan emosional mereka juga harus terpenuhi. 


Penyebab anak nakal tidak hanya karena paparan pergaulan yang buruk. Lebih dari itu, pengaruh parenting, absennya peran orang tua dan guru, efek bullying juga menjadi penyebabnya. 


Baca juga: Tiga Hari di Karang Sari 


Oleh karenanya, dengan adanya pendekatan psikologis, akar masalah pada anak dapat tersentuh. Selain itu pula, hal ini dapat membantu perkembangan emosional yang sehat, membangun kepercayaan dan koneksi pada anak dan orang dewasa (orang tua, guru, maupun konselor), dan mendukung strategi jangka panjang.

Comments

Popular posts from this blog

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏. 

Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi

  Gambar dibuat oleh AI. Halo, sahabat pembaca. Salam kenal, aku Cendekia Alazzam. Aku hendak menulis cerita bersambung, kurang lebih ada 10 bab. Dengan judul besar "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Bergenre Fiksi Realis, Drama Keluarga, dan Romance.

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Selamat Ulang Tahun Sahabat Kecil

Selamat ulang tahun kecilku. Dokpri©2025. Ist

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...