Skip to main content

[8] Warisan Cahaya dan Janji Setia

Ilustrasi oleh AI 

 

"Terima kasih telah setia hingga pada bab ini terlahir. Bagi yang ketinggalan dengan cerita ini, boleh dibaca dari awal dalam cerita "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Dan, bagi yang belum baca bab sebelumnya, silakan >>> baca di sini! <<<"

 

Beberapa bulan telah berlalu sejak Arfi berpulang, namun bayangannya tetap hidup dalam setiap langkah Disa. Tak ada hari tanpa mengingatnya, tanpa menyebut namanya dalam doa, atau sekadar menatap langit dan bertanya dalam hati, "Apa Papa melihatku dari sana?"


Di tengah duka yang perlahan mulai menjadi kekuatan, Disa mantap melangkah menjalankan amanah yang pernah ia janjikan. Komunitas kecil yang ia bangun di kampus, Langkah Arfi, kini telah menjadi ruang bertumbuh bagi para mahasiswa yang ingin berkarya di bidang sosial, pendidikan, dan lingkungan.


Disa menulis visi komunitas itu dengan tangan sendiri: "Langkah kecil untuk meneruskan cahaya. Karena cinta dan kebaikan tak akan pernah padam, meski pemiliknya telah pergi."


Setiap akhir pekan, ia bersama tim turun ke desa-desa sekitar, mengajar anak-anak, menanam pohon, membagikan buku, dan memberi penyuluhan. Ia teringat bagaimana dulu Papa Arfi membimbingnya dari seorang remaja biasa menjadi pribadi yang peduli pada sesama. Dan kini, ia ingin menjadi seperti Arfi untuk orang lain - sumber cahaya yang sederhana namun abadi.


Santi, istri Arfi, sering menghubunginya. Kadang hanya untuk berbagi cerita tentang anak-anak, atau sekadar menanyakan kabar. Hubungan mereka tetap hangat. Bahkan anak-anak Arfi - Laura, Hafidz, dan Rayyan - selalu menyambut Disa dengan teriakan ceria saat ia pulang ke rumah lama.


“Papa sering cerita tentang Kak Disa dulu,” kata Hafidz suatu kali sambil memegang tangan Disa. “Kata Papa, Kak Disa itu anak hebat.”


Disa menahan air mata. Ia tersenyum dan mengangguk. “Papa kalian orang hebat. Kakak cuma belajar dari beliau.”


Di salah satu kegiatan komunitas, Disa menjadi pembicara dalam seminar kampus. Di hadapan ratusan peserta, ia membagikan kisahnya - tentang pertemuan takdir, tentang cinta yang tidak harus melalui darah, dan tentang seorang pria yang mengubah hidupnya selamanya.


“...Beliau bukan hanya ayah angkat saya. Beliau adalah cahaya dalam gelap saya. Tempat saya pulang. Dan saat ia pergi, saya sadar... bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki, tapi tentang meneruskan.”


Seminar itu menjadi titik balik bagi banyak orang. Beberapa mahasiswa yang hadir menangis. Beberapa lainnya memutuskan bergabung dengan Langkah Arfi, menyumbang waktu dan tenaga mereka untuk sesuatu yang lebih besar daripada sekadar nilai akademis.


Disa juga menulis sebuah buku kecil berjudul “Langkah Papa: Catatan dari Hati yang Merindukan”. Buku itu berisi kisah-kisahnya bersama Arfi, pelajaran hidup, dan surat-surat yang tak pernah terkirim. Ia mencetaknya secara mandiri dan membagikannya secara gratis di kampus, di desa, dan kepada siapa saja yang ingin mengenal sosok Arfi lebih dekat.


Satu kutipan dari buku itu menjadi begitu terkenal:


"Jika kamu mencintai seseorang, biarkan cintamu hidup dalam kebaikan. Karena tubuh akan kembali ke tanah, tapi cinta akan tinggal dalam cahaya yang kamu wariskan."


Buku itu bahkan sampai ke tangan jurnalis senior yang dulu satu redaksi dengan Arfi. Mereka menulis artikel khusus untuk mengenang Arfi, membuat namanya kembali bersinar, meski telah tiada. Dalam tulisan itu, ada kalimat yang membuat Disa menangis:


"Arfi mungkin telah berpulang, tapi jejaknya tertanam dalam banyak hati. Dan salah satu hati terbaik itu bernama Disa."


Setiap langkah yang Disa ambil kini adalah bentuk janji setianya kepada Arfi. Ia tahu tidak akan pernah bisa membayar semua cinta yang telah ia terima. Tapi ia bisa mengembalikannya pada dunia, sebagaimana Arfi pernah memberikannya tanpa pamrih.


Dan dalam setiap langkahnya, Disa selalu percaya: Papa pasti bangga. 


Bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih. 

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Ipar adalah Maut: Badai Rumah Tangga Tanpa Adanya Sebuah Tanda!

Poster Film Ipar adalah Maut yang dipajang di beranda XXI. Dokpri/Pecandu Sastra-2024. Ipar adalah Maut merupakan film yang diangkat dari kisah nyata, berawal dari cerita viral yang diunggah oleh Eliza Sifaa melalui akun TikTok miliknya di tahun 2023. Kisah ini merupakan cerita dari salah satu pengikutnya di platform digital tersebut. Berkisah tentang seorang mahasiswi yang dipinang oleh Dosen muda, di mana pernikahan mereka semakin sempurna berkat hadirnya sang buah hati. Namun sayang, kebahagiaan yang menghampiri mereka hanyalah sementara, sebab hadirnya seorang wanita yang tak lain ialah adik ipar dari sang suami.

Pelukan yang Tak Selesai [Cerbung]

Ilustrasi oleh AI Halo sahabat pembaca, terima kasih ya telah setia mampir dan membaca setiap karya kami. Salam hangat dari aku Cendekia Alazzam dan beberapa nama pena yang pernah aku kenakan 😁🙏.