Ustad Riyadh Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Doa Ahlul Quran (DOAQU) Gunungpati, Kota Semarang. Tangkapan layar/NU Online |
Siapa yang tidak menginginkan untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah ke tanah suci? Tentu saja ketika hal itu ditanyakan kepada setiap muslim, jawabannya; ingin. Jangankan melihat secara langsung negeri Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, mendengar nama Makkah, Madinah, dan segala hal tentangnya saja hati begitu riang gembira. Lantas apa yang menjadikan diri kita 'ingin'?
Tentu saja kita sebagai umat Islam melangsungkan ibadah haji maupun umrah bukan karena sebuah trend, bukan disebabkan karena ketertarikan sebab melihat orang-orang sering memposting di media sosial, sehingga kita juga ingin ke sana untuk bisa selfie dan update story mengenainya. Jelas, bukan hal-hal se-remeh itu yang menumbuhkan rasa 'ingin' di dalam diri kita.
Terlepas dari itu semua, puncak dari pada ibadah haji yang kita lalukan ialah berharap mendapatkan haji yang mabrur. Lantas apa itu itu mabrur dan apa ganjaran bagi orang yang mendapatkannya?
Melalui pembahasan singkat pada kanal YouTube NU Online, Ustad Riyadh Ahmad selaku Pengasuh Pondok Pesantren Doa Ahlul Quran (DOAQU) Gunungpati, Kota Semarang mengungkapkan, ada satu hal besar yang perlu dikupas, di antaranya ialah hadist riwayat Imam Bukhari dan Muslim Muttafaqun Alaih yang sangat terkenal; “Al hajjul mabrur laaisa lahu jazaa ilal jannah.” - "Haji yang mabrur tidak ada balasan kecuali surga."
Tidak ada balasan kecuali surga, ini sudah paling puncak. Jika ada orang mengatakan ia tidak menginginkan surga, ia hanya ingin mendapatkan ridha Allah. Ini perlu diketahui, karena banyak tertulis di dalam Iqodzul Himam, Syekh Ibnu Ajibah maupun di Bahru Madid-nya, disebutkan bahwa melihat wajhullah atau keridhaan Allah itu adalah surga tertinggi alias ketika ada bahasa 'laaisa lahu jazaa ilal jannah' - tidak ada balasan bagi orang yang haji mabrur.
Baca: Lingkungan Hidup Warisan Anak Cucu Kita
"Kecuali surga, ya sudah termasuk keridhaan Allah. Bahkan, keridhaan Allah adalah surga tertinggi. Jadi tidak usah diperdebatkan, yang penting kita masuk surga dan dalam keridhaan Allah swt," ujar Ustad Riyadh.
Ada maksud besar apa sampai - sampai Allah menyebutkan orang yang hajinya mabrur, maka dia akan mendapatkan surga? Kata mabrur itu sendiri yang bermakna kebaikan. Orang yang mendapatkan kebaikan bernama haji mabrur itu sampai dijanjikan oleh Allah surga. Surga yang seperti apa dan mabrurnya seperti apa? Ternyata keduanya memiliki kaitan yang sangat erat.
Yang pertama terkait mabrur, orang mabrur itu adalah, pada saat misalnya disebutkan di dalam kitab Hikmatut Tasyri wa falsafatuhu, bahwasanya orang yang jikalau wukuf di Arafah, - wukuf artinya berhenti di Arafah, sedangkan Arafah artinya mengenal lebih dekat. Jadi maknanya; orang yang menghentikan segala aktivitas untuk mengenal lebih dekat kepada Sang Kekasih sejati; Allah swt.
Bayangkan, ketika dulu sebelum menikah dengan setelah menikah, bertemu kekasih di dunia itu cara berpikirnya pasti akan berbeda. Baik dari pola pikir maupun kesehariannya. Hal ini dikarenakan adanya pertemuan yang intens dengan kekasih. Padahal, itu baru kekasih yang bukan hakiki, sebab kekasih hakiki kita seorang hamba adalah Allah Subhanahu wa Taala.
Maka, jika bertemu dengan kekasih di dunia saja ada perubahan, apalagi bila kita berjumpa dengan Allah - ada intensitas dengan Allah pada saat wukuf di Arafah. Maka tentu sepulang haji akan ada perubahan-perubahan besar. Baik dari cara berpikir, keimanan, taqwa. Semuanya menuju pada Al-Birr (yang lebih baik). Orang yang seperti ini yang Allah janjikan akan mendapatkan surga. Lantas surga seperti apa?
Surga yang Allah janjikan adalah surga yang belum pernah terlihat oleh mata. Sebab ia lebih istimewa dari apapun yang pernah dilihat oleh mata kita. Telinga saja belum pernah mendengarnya, karena lebih istimewa dari yang pernah kita dengar. Bahkan, terbesit di dalam hati pun belum pernah, karena lebih dari itu (tiada tara). Inilah kejutan luar biasa yang Allah persiapkan bagi orang saleh, orang-orang yang melakukan kebaikan-kebaikan.
Oleh karena itu, semoga dengan ini kita lebih semangat lagi untuk mengupayakan bisa haji di tahun-tahun mendatang. Dan, bagi yang tengah melakukan ibadah haji di tahun ini, semoga bisa memanfaatkan momen saat di Arafah. Ketika wukuf di Arafah - menghentikan segala aktivitas untuk mengenal sang kekasih hakiki lebih intens, lebih dalam, sehingga pulang membawa perubahan yang lebih baik. Sebagaimana disebutkan para ulama, seperti orang hidup di dunia tapi suasananya sudah di surga . Bawaannya ingin terus melakukan amal-amalan yang baik, secara jiwa dan raga.
Comments
Post a Comment