[Film] Poin Penting dari Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

Poster Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa di XXI. Dokpri.


Tuhan Izinkan Aku Berdosa adalah film drama Indonesia bergenre religi garapan Sutradara Hanung Bramantyo yang diadaptasi dari novel berjudul "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" karya Muhidin Dahlan. Film ini tayang perdana di Jogja Netpac Asia Film Festival (JAFF) di Empire XXI Yogyakarta pada 1 Desember 2023 dan serentak di bioskop Indonesia pada 22 Mei 2024.


Sejak awal ketika trailer film ini berseliweran di media sosial, aku langsung jatuh hati. Harus nonton nih! Karena, dari bukunya memang sudah lama penasaran dan pingin baca, hanya saja sampai sekarang belum terealisasi. Malah lebih keduluan sama filmnya.


Berkisah tentang seorang mahasiswi bernama Nidah Kirani yang dikecewakan oleh orang-orang 'beragama' - membuatnya menantang Tuhan dan akhirnya menjauh dari agama. Kiran benar-benar patah hati dengan kehidupannya. Ia kecewa sebab tidak menemukan apa yang ia cari. Tapi mungkin begitulah jalan kehidupan, sebab tidak seorang pun bisa menebak akan seperti apa.


Film ini diproduksi oleh perusahaan Multivision Plus (MVP) Pictures dan Dapur Film. Diperankan Aghniny Haque, Donny Damara, Djenar Maesa Ayu, Andri Mashadi, Samo Rafael, Nugie, dan lainnya.


Baca: [Film] Air Mata di Ujung Sajadah: Bukti Ketulusan Cinta Seorang Ibu


Sinopsis Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa 


Official Poster Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa


Kiran (Aghniny Haque), mahasiswi dari keluarga miskin di desa namun taat beragama, pintar juga kritis pada kemunafikan, yang terjebak dalam kelompok agama garis keras pimpinan Abu Darda (Ridwan Raoull), yang meminta jamaahnya mengabdikan dirinya pada jalan Allah lewat jihad yang sangat keras. Alih-alih mendapatkan hidayah, Kiran justru mendapatkan cobaan berat yang datang bertubi-tubi padanya. Berawal dari dirinya hendak dijadikan isteri keempat oleh Abu Darda, yang tentu saja sangat bertentangan dengan prinsipnya. Namun, karena sikap kritisnya, dia justru dituduh menebarkan fitnah kepada sang Iman hingga mendapat ancaman fisik.


Orang tuanya di desa juga turut menuduhnya sebagai anak yang kebablasan karena berani melawan ulama; dan puncaknya, dia mendapatkan pelecehan seksual dari dosen pembimbingnya sendiri serta teman kuliah yang dikenal alim dan taat di kampusnya. Karena tak tahan, Kiran lantas menggugat pada sang khalik atas segala cobaan yang menimpanya: ‘Ya Rabb? Jika pengabdianku pada-Mu justru Kau balas dengan cobaan yang berat, lantas apa cobaan bagi orang-orang munafik yang telah melecehkan perempuan seperti hamba? Lihatlah, ya Allah! Aku akan jadikan tubuhku ini martir untuk mengungkap kemunafikan umatmu yang sok suci itu!’ 


Sejak saat itu, Kiran mengabdikan dirinya pada kegelapan dunia demi mengungkap manusia-manusia munafik yang banyak menipu umat dengan janji-janji palsu, yang membuat orang-orang seperti ibunya jatuh dalam kepercayaan yang buta pada mereka. Apakah Kiran berhasil dengan misinya tersebut? Ataukah justru dia makin dalam terpuruk dalam lembah dosa?


Bagiku film ini sangat berani membongkar kemunafikan oknum yang kerap mengatasnamakan agama terhadap apa yang mereka perbuat. Selain itu, film dengan durasi 115 menit ini mengkritik masyarakat yang sering mengkultuskan tokoh yang dianggap 'suci' dan menutup mata atas segala tindakan buruk yang dilakukannya. Padahal, manusia tidak ada yang sempurna. 


Baca: Menerapkan Dikotomi Kendali Dalam Bermedia Sosial 


Filmnya sangat keren, hanya saja laju perolehan penonton lambat. Mungkin, karena judulnya membuat orang merasa enggan untuk menonton. Mayoritas kita melihat judul terlebih dahulu dan langsung menjudge. Padahal gol filmnya belum tentu seperti perkiraan dari judul. Seandainya mereka melihat secara keseluruhan film, akan ada banyak pesan yang bisa dipetik dan berarti dalam hidup.


Seandainya film ini dibuat dengan judul sama sebagaimana buku. Nggak kebayang akan se-kontroversi apa! Kemungkinan besar akan sulit, bahkan mungkin nggak bakal tayang. Mungkin akan ada banyak orang yang demi, ya secara kan mayoritas masyarakat kita hanya melihat judul, langsung menjudge. Belum lagi penggambaran Islam yang radikal dan disandingkan dengan dunia malam dan pelacuran yang berpotensi menimbulkan perdebatan.


Kendati topik yang diangkat cukup berat, di balik film yang mengusung alur maju-mundur (campuran) ini ada banyak pesan yang disampaikan oleh Mas Hanung melalui karakter Kiran - dengan berani dan lantang menyuarakan hal yang terjadi di negeri ini secara gamblang, seperti; orang-orang yang overdosis agama, politisi dari partai Islam, pejabat, hingga pemuka agama yang munafik dan berlindung di bawah payung Islam, serta orang-orang yang dibutakan oleh agama karena merasa agama lebih besar dari pada kebenaran.


"Aku ingin mencintai-Mu dengan bahagia, dengan bebas, dengan rindu setiap saat - tanpa harus ditakut-takuti neraka, atau diiming-imingi surga." ~ Kiran | Tuhan Izinkan Aku Berdosa 


Poin pentingnya, setiap kita harus tetap waspada dan hati-hati terhadap siapa saja, karena banyak orang yang mengaku 'beragama' tetapi perilakunya jauh dari kebenaran agama itu sendiri. Dalam memilih kajian pun kita harus selektif, karena banyak pula kejahatan-kejahatan yang dibalut dengan kemasan agamis. Sudah banyak kasus yang terjadi, akhir-akhir ini kita dipertontonkan oleh berita demikian. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berlindung di bawah naungan agama, kebejatan para politisi dari partai Islam, pejabat, hingga pemuka agama yang memanfaatkan kuasanya atas dasar agama itu sendiri. Mereka korupsi, membuat kebijakan-kebijakan yang menindas kaum lemah, bahkan memupuk kekayaan pribadi. 


Baca: [Film] Vina Sebelum 7 Hari: Dari Pembullyan Hingga Pelecehan


Kelak, anak-anak yang ingin belajar agama dengan tulus, tidak lagi dihantui perasaan was-was dari para munafik bertopeng agama. Tidak ada lagi Kiran-Kiran yang lain sebagai korban pelecehan seksual orang-orang bejat di balik topeng agama dan tidak ada lagi pejabat, politisi, pemuka agama, maupun lainnya yang memanfaatkan kekuasaannya dengan mengatasnamakan agama dan berlindung di bawah dasar Islam untuk 'mencari aman'.


"Agama tidak pernah mengajarkan kejahatan, meski banyak orang melakukan kejahatan atas nama agama." ~ Hanung Bramantyo ~



Note: Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana

Comments