Skip to main content

Pentingnya Menata Niat

Dokpri


Ada sebuah kisah yang sangat menyentuh, perihal pentingnya menata niat dalam hal apapun itu. Kisah ini diceritakan oleh guru kami, Habibana Sayyid Mustofa bin Usman bin Yahya, Pimpinan Majelis Ta'lim Al-Musthofawiyah Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat - saat mengawal beliau ziarah ke waliyullah di Gunung Gambir, Cianjur, beberapa hari lalu.


Sembari jagongan, menikmati kudapan buah rambutan dan mineral yang disajikan Kang  Karim di gubuk beliau yang rindang, ditemani sejuknya sepoi angin khas pegunungan. Beliau, Habib Mustofa berkisah.


Ada seorang santri yang bersilaturahmi ke rumah salah satu ajengan, ia membawa buah pisang. Sedari rumah ia sudah berniat untuk menyambung silaturahmi, sama sekali tidak ada niat lain.


Ajengan ini terkenal darmawan, ramah, dan baik. Baginya siapapun tamu harus dijamu dan diperlakukan dengan baik. Setiap tamu tidak boleh pulang dengan tangan kosong. Ajengan itu bingung hendak membalas buah tangan santri tersebut, sebab di rumahnya tidak tersedia apa-apa. Setelah ia mencari dan memperhatikan sekitar, ia terpana dengan anak kambing miliknya, hanya itu satu-satunya yang bisa ia berikan. Akhirnya diberikan lah anak kambing tersebut sebagai pengganti buah tangan si santri.


Baca: Santri Ganteng yang Disangka Teroris


Melihat hal tersebut, tetangga ajengan itu pun tertarik. Ia langsung berpikir, jika ia turut silaturahmi dan membawa buah tangan, maka ia akan mendapatkan balasan juga. Dirinya berspekulasi, jika santri datang membawa buah pisang dan diberi kambing, lantas bagaimana jika ia datang membawa kambing, pasti akan dibalas dengan sapi.


Singkat cerita, datanglah tetangga ajengan tersebut dengan membawa seekor kambing. Mereka berbincang-bincang dan menikmati kudapan. Tiba saatnya waktu berpisah, si ajengan bingung mau ngasih tetangganya apa. Dan, ia ingat bahwa kemarin dikasih pisang, masih utuh. Akhirnya tetangganya tersebut dikasih pisang sebagai ganti kambing yang dibawa tadi. Orang tersebut kecewa sebab tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.


Dari kisah di atas kita bisa menyimpulkan, bahwasanya penting untuk menata niat dalam hal apapun. Jangan karena menginginkan sesuatu yang berlandaskan nafsu, niat menjadi rusak, sebagaimana tetangga ajengan berniat silaturahmi karena melihat seorang santri yang datang membawa pisang dan pulang dengan seekor kambing. Berharap jika ia datang membawa kambing, maka akan dibalas dengan seekor sapi. Sapi tidak didapat, justru kekecewaan. Semoga para pembaca budiman lebih bijak dan lebih baik lagi dalam menata niat, Aamiin.


Baca juga:

       • Masihkah Cinta di Wayka?

       • Hikmah | Bersedekah Dengan Cara Bersedekah 

       • Dengan Tekad dan Basmallah 

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.