Skip to main content

Aku Lelakimu Setia Menunggumu: Puisi-Puisi yang Menyembuhkan Luka dan Menemani Cinta

 

Buku Aku Lelakimu Setia Menunggumu karya Maman Suherman (Foto Cendekia Alazzam)

       Halo pembaca, kembali lagi dalam segment ulas buku. Sudah lama sekali rasanya nggak mengulas buku, karena kesibukan yang membuatku terlalu jauh memberi jarak dengan aktivitas membaca. Akhirnya, hari ini aku bisa kembali mengulas buku yang beberapa waktu lalu menemani hariku.


Bukunya ringan, penuh makna. Puitis tapi nggak melulu perihal romantis. Baiklah, langsung saja disimak ulasan singkat dariku!


Buku puisi Aku Lelakimu Setia Menunggumu adalah salah satu persembahan terbaru dari Kang Maman Suherman yang aku baca, dan seperti biasa, beliau tidak pernah gagal menyuguhkan kata-kata yang penuh rasa. Diterbitkan oleh Grasindo, buku ini menyajikan puluhan syair yang ringan namun menggugah, jenaka namun tetap bermakna dalam. Setiap bait seperti lahir dari pengamatan jeli dan pengalaman hidup yang kaya akan emosi.


Buku ini merupakan pasangan dari karya sebelumnya, Perempuan, Jika Itu Namamu, yang juga mengusung tema cinta, kehidupan, dan perenungan. Melalui buku ini, Kang Maman seolah mengajak kita untuk memahami cinta dari sisi laki-laki—dalam perannya sebagai penanti, pengagum diam-diam, atau bahkan sebagai lelaki yang pernah disakiti. Namun jangan salah, puisi-puisinya tidak terjebak dalam romansa klise. Justru, ada kejujuran dan kelugasan dalam setiap untaian katanya.


Baca juga: Menyingkap Dunia Malam Dari Nove Re dan peRempuan


Membaca buku ini rasanya seperti duduk tenang di sore hari sambil menyeruput kopi, lalu perlahan larut dalam kenangan atau harapan yang datang dan pergi. Beberapa puisinya menggelitik, beberapa lain menyesakkan dada. Kadang aku ikut pilu, kadang juga merasa tersayat, namun tetap taat dalam menyelami dunia penyair yang juga dikenal sebagai notulen ternama ini.


Salah satu bagian puisi yang saya kutip dan sangat membekas adalah:


Lupakan momen patah
Meski kau sangat tabah
Di tanah di mana kau tegak tengadah
Selalu dipayungi langit indah 
Dekap erat bahagiamu
Jangan biarkan jadi layu
Hanya karena lelaki penipu
Yang cuma bisa tawarkan pilu


Puisi ini terasa menyentuh karena menyiratkan kekuatan, penyembuhan, dan harapan setelah luka. Kita diajak untuk tidak terus-menerus tinggal dalam kesedihan, namun juga diajak merayakan bahagia yang masih kita genggam.


Baca juga: Menguak Sisi Kehidupan dari Novel Pergi Tere Liye 


Buku ini sangat cocok bagi kamu yang menyukai puisi, khususnya yang sedang dalam perjalanan cinta—entah itu mencintai, menunggu, melepaskan, atau mengikhlaskan. Di balik tiap baitnya, ada ruang untuk introspeksi dan penguatan diri. Kang Maman bukan hanya merangkai kata, tapi juga menghadirkan perasaan yang akrab dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.


Dengan gaya penulisan yang ringan namun tajam, Aku Lelakimu, Setia Menunggumu berhasil menjadi teman renungan yang menyenangkan sekaligus menenangkan. Bukan hanya soal cinta yang berbunga, tapi juga tentang luka yang harus dirawat dan dilepas perlahan.


Untuk personal rate dariku: 4,2/5,0. Buku ini layak dimiliki oleh siapa pun yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi obat, dan bahwa menunggu bukan selalu soal kehilangan waktu—kadang, itu adalah bentuk cinta yang paling diam-diam namun tulus.


Baca juga: Jika Seks itu Tabu, Lantas Bagaimana Orang Mendapatkan Edukasi Tentangnya?

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.