Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2025

Epilog: Untukmu yang Pernah Mencintai

  Gambar buatan AI Kisah ini mungkin telah berakhir di halaman terakhir. Tapi jejaknya — aku berharap — akan tinggal lebih lama di hati yang membacanya.

[10] Cahaya yang Tak Pernah Padam

Ilustrasi. (Foto oleh AI).   "Alhamdulillah, sudah sampai di bab 10. Terima kasih ya, sudah setia menanti hingga bab ini terlahir. Mohon maaf banget updatenya terlambat, karena dua bab terakhir yang sudah ditulis, hilang. Jadi, harus menulis ulang.

Suwantra dan Gelapnya [Cerbung PTS Bab 11]

Gambar dibuat oleh AI: Gemini.   "Selamat pagi, apa kabar semuanya. Maaf ya updatenya telat banget, bahkan hampir 3 pekan nggak update ya. Sebagai permohonan maaf dariku, maka cerita "Pelukan yang Tak Selesai" hari ini akan update sekaligus 5 Bab. Cek terus ya updatenya! Dan, selamat datang di Bab 11. Bagi yang ketinggalan bab sebelumnya, silahkan baca di sini!!! "

[9] Jejak Cinta yang Tertinggal

Jejak Cinta yang Tertinggal. Part 9 dari Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi. (Foto oleh AI) "Terima kasih telah setia hingga pada bab ini terlahir. Mohon maaf banget updatenya terlambat, karena dua bah terakhir yang sudah ditulis, hilang. Jadi, harus menulis ulang.   Bagi yang ketinggalan dengan cerita ini, boleh dibaca dari awal dalam cerita "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Dan, bagi yang belum baca bab sebelumnya, silakan >>> baca di sini! <<<" Musim hujan kembali tiba. Langit kota tampak murung, seolah ikut merawat rindu yang belum sembuh. Disa duduk di lantai komunitas Langkah Arfi, bersandar pada dinding yang masih menyisakan bau cat lama. Di pangkuannya, tergeletak sebuah buku bersampul cokelat tua — buku harian milik Arfi, yang ditemukan Santi di laci lemari rumah lama saat beres-beres menjelang akhir tahun.

Yang Harus Diperhatikan oleh Donatur Jumat Berkah

Ilustrasi. (Foto: Baznas) Setiap hari Jumat, saya sering menjumpai aneka makanan dan minuman yang dibagikan di masjid dekat rumah. Ada yang datang membawa nasi bungkus, bubur kacang hijau, air mineral, bahkan jajanan tradisional yang mengundang nostalgia masa kecil. Semuanya dikemas dalam semangat sedekah: Jumat Berkah.

Solusi Ekonomi Krisis ala Ustadz Segaf Baharun

  Potret Ustadz Segaf Baharun saat ceramah menyentuh hati tentang iman dan krisis ekonomi. (Sumber foto: Dalwa Gallery.) Dalam masa ketika harga kebutuhan naik, utang menumpuk, dan pikiran mudah diliputi cemas soal hari esok, hadirnya nasihat dari Ustadz Segaf Baharun terasa seperti segelas air di tengah dahaga. Lewat tausiyahnya yang hangat dan menyejukkan, beliau menyampaikan sebuah solusi krusial namun sering kita abaikan: perkuat iman.

Sekolah Bukan Medan Perang, Tapi Kenapa Selalu Ada Korban?

Tangan kecil terangkat bertuliskan “Stop Bullying” — isyarat sunyi dari anak-anak yang lelah jadi sasaran tanpa pelindung. (Foto: RSAS Kalsel) Ada yang terasa mengganjal di dada saat membaca berita pagi ini dari Toboali, Bangka Selatan. Seorang anak SD, inisial Z, usia 10 tahun, meninggal dunia. Bukan karena kecelakaan, bukan pula karena penyakit bawaan. Tapi karena dugaan perundungan — bullying yang dilakukan oleh teman-teman sebayanya di sekolah.

Di Balik Kurma, Zam-Zam, dan 28 Kilometer Cinta dari Tanah Suci

          Suatu ketika, aku ikut menemani kakakku menjenguk teman sejawatnya — sesama guru — yang baru saja kembali dari Tanah Suci setelah menunaikan ibadah haji. Kami memanggilnya Mami Yus, dan suaminya Bapak Arif. Sejak mendengar kabar bahwa kami akan berkunjung, rasanya aku sudah tak sabar. Ada rasa senang yang sulit dijelaskan, karena diam-diam aku punya mimpi besar: suatu hari nanti, aku juga ingin berada di sana. Di tanah para nabi. Di tempat yang sejak kecil aku sebut-sebut dalam doa.

Menyelami Makna Hujan Bulan Juni Dalam Novel Eyang Sapardi

Foto buku Hujan Bulan Juni dengan desain sampul estetik seolah basah kehujanan, menyiratkan makna cinta diam-diam. (Sumber foto: dokpri/Fatma.) Setelah lebih dari dua pekan akhirnya saya bisa menuntaskan buku yang saya beli karena iri saat melihat teman terlebih dulu meminangnya. Buku yang membuat saya jatuh cinta taat kali pertama mendengar serta membaca syair-syair indah Hujan Bulan Juni dalam sajak yang ditulis Eyang Sapardi Djoko Damono.  Hujan Bulan Juni karya Eyang Sapardi ini bukan sekadar novel cinta. Ia adalah surat cinta yang dibungkus hujan, diselipkan dalam saku jaket kebudayaan, dan ditulis dengan bahasa yang bikin kamu merasa sedikit lebih pintar setiap kali membacanya. Buku yang mengangkat cerita romansa dua dosen muda; Sarwono dan Pingkan - pasangan yang menjalin hubungan tanpa status resmi dan tanpa perlu mengungkapkan isi hatinya melalui insta story ataupun bio WhatsApp. Sarwono adalah dosen antropologi - seorang Jawa tulen, guyub, halus tapi suka nyeletuk absurd....

Puisi: Detik yang Menyimpan Wajahmu

  Aku dan sepupuku, di suatu hari di sudut rumah sakit. (Dokpri). Di bawah kanopi langit seng yang berkarat senja, kau datang - serupa angin kecil yang menyingkap sunyi, ringan seperti daun gugur yang tak tahu ia indah, dan senyummu... ah, senyummu menusuk pelan seperti cahaya pagi yang menelusup celah dada, menggetarkan sesuatu yang tak sempat kupanggil dengan nama.

Sunyi yang Membakar [Cerbung PTS]

  Ilustrasi oleh AI  Oleh: Cendekia Alazzam "Selamat datang di bab 10. Wah nggak berasa ya sudah di setengah perjalanan terakhir dari Cerbung "Pelukan yang Tak Selesai". Sampai di sini, bagaimana kisah Faiz, Tinara, dan Suwantra? Ohya, jika kamu ketinggalan bab sebelumnya, boleh ya baca di sini!!!" Pagi itu datang dengan cahaya yang redup, seperti segan menyingkap apa yang telah terjadi malam sebelumnya. Rumah masih tenang. Anak-anak belum bangun, dan suara hujan kemarin menyisakan embun di kaca jendela. Tinara duduk di ujung tempat tidur, mengenakan daster tipis yang lengket oleh kelembapan. Di belakangnya, Faiz baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, membawa dua cangkir teh hangat.

Basah Bersama | Cerbung PTS [9]

  Ilustrasi oleh AI. Oleh: Cendekia Alazzam "Halo semua, selamat datang di bab 9. Aku harap kalian nggak bosan dengan ceritaku. Terima kasih ya telah setia menanti dan membaca karyaku. Bagi yang belum membaca, silakan baca di sini ya! " Pagi datang dengan langit kelabu. Hujan semalam menyisakan genangan kecil di halaman, dan udara lembap merayap masuk ke sela-sela rumah. Tinara berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya perlahan. Matanya menangkap bayangan tubuh sendiri, namun pikirannya melayang pada kejadian kemarin.

Di Bawah Bulan yang Tak Berdaya

Bulan menggantung di langit malam, memantulkan cahaya sendu di antara rumah dan pepohonan-seperti rindu yang diam-diam menunggu pulang. (Foto: Dokpri) Di bawah bulan yang tak bertanya, adalah kalimat-kalimat yang kurangkai dalam larut malam yang tak kunjung padam. Sendiri, menyepi di bawah cahaya rembulan yang seakan redup. Seperti hatiku tanpa hadirmu.

Sepasang Sepatu, Selembar Cinta yang Abadi

Sepasang sepatu sederhana, saksi bisu kasih sayang yang tak terucap namun nyata terasa. (Sumber: Pexels) Ada masa dalam hidup saya ketika sebuah sepatu mengajarkan lebih banyak tentang cinta dari pada semua buku pengembangan diri yang pernah saya baca.

Puisi: Hari Pertana

  Anak-anak SD berseragam rapi di hari pertama sekolah, wajah polos penuh harap. (Foto oleh HeraWati.) Oleh: Cendekia Al Azzam 

Berawal dari Pujian, Jadi Hobi yang Menguntungkan

Ilustrasi (Sumber: Pexels/Lil Artsy) Kadang, satu pujian bisa menjadi pemantik perubahan besar dalam hidup seseorang. Itulah yang saya alami ketika tanpa sengaja menemukan kecintaan mendalam pada dunia menulis - berawal dari satu komentar membangun dari seorang jurnalis senior.

Aroma yang Membawa Rasa [PTS]

  Ilustrasi oleh AI  Oleh: Cendekia Alazzam  "Salam. Terima kasih ya masih setia dengan cerbung alias cerita bersambung "Pelukan yang Tak Selesai". Dan, selamat datang di Bab 8 . Bagi yang ketinggalan bab sebelumnya, silahkan baca di sini!!! " Hari itu hujan turun pelan, menyisakan embun di kaca jendela ruang makan. Tinara duduk sendirian sambil menyeruput kopi yang sudah dingin. Di seberangnya, bangku kosong yang biasanya ditempati Suwantra tetap tak terisi. Lelaki itu semakin jarang pulang tepat waktu, dan ketika pulang pun, tubuhnya hadir tanpa jiwa.

Tertawa di Atas Paha | Cerbung [PTS]

  Ilustrasi disediakan oleh AI.  "Enjoy your fantasy journey. Bagaimana dengan suasana bab 6? Mendebarkan? Jantungmu aman kan! Selamat datang di bab 7 cerbung 'Pelukan yang Tak Selesai'. Bagi yang kemarin ketinggalan bab sebelumnya, silakan baca di sini ya! " Suasana rumah tampak tenang, seperti biasanya. Anak-anak sudah tidur, dan suara televisi di ruang keluarga menyala pelan. Film dokumenter tentang alam mengalun lembut, menampilkan pemandangan hutan hujan dan suara-suara burung eksotis. Di sofa panjang yang empuk, Tinara duduk dengan mengenakan piyama tipis berwarna krem, rambutnya digelung asal-asalan, wajahnya bersih tanpa riasan. Faiz duduk di lantai, tepat di samping kakinya.

Peluk yang Tak Terencana - Cerbung [PTS] 6

Ilustrasi oleh AI. Oleh: Cendekia Alazzam   "Selamat datang di bab 6 cerbung Pelukan yang Tak Selesai. Bagaimana episode sebelumnya nih? Masih mau lanjutkah? Baiklah, sebelum lanjut, teruntuk yang ketinggalan cerita bab 5, silakan baca di sini ya!!!"   Pagi itu, matahari masih enggan menampakkan wajahnya. Kabut tipis menggantung di halaman belakang rumah, meninggalkan embun di daun-daun mangga yang tumbuh tinggi. Faiz sudah bangun lebih dulu, duduk di teras dengan secangkir kopi hitam yang diseduh sendiri. Tinara baru keluar dari kamar, mengenakan daster panjang berwarna biru langit yang agak kebesaran.

Gaji Pertama dan Pelajaran yang Tak Tertulis

  Gaji pertama dan pelajaran darinya. (Sumber foto: freepik). "Gaji pertama bukan sekadar angka, tapi titik awal perjalanan belajar dewasa." — Anonim   Ngomongin soal gaji pertama, sebagian orang mungkin langsung teringat momen haru: transferan pertama masuk, deg-degan, lalu buru-buru buka aplikasi mobile banking . Tapi buat aku, cerita soal penghasilan sebenarnya sudah dimulai sejak masih duduk di bangku SMA. Bukan gaji resmi, sih - lebih ke cara-cara kreatif cari cuan dari keahlian yang kupunya.

[8] Warisan Cahaya dan Janji Setia

Ilustrasi oleh AI    "Terima kasih telah setia hingga pada bab ini terlahir. Bagi yang ketinggalan dengan cerita ini, boleh dibaca dari awal dalam cerita "Cinta, Pengabdian, dan Jejak yang Abadi". Dan, bagi yang belum baca bab sebelumnya, silakan >>> baca di sini! <<<"   Beberapa bulan telah berlalu sejak Arfi berpulang, namun bayangannya tetap hidup dalam setiap langkah Disa. Tak ada hari tanpa mengingatnya, tanpa menyebut namanya dalam doa, atau sekadar menatap langit dan bertanya dalam hati, "Apa Papa melihatku dari sana?"

Curhat Tengah Malam | Cerbung [PTS]

Ilustrasi oleh AI. Oleh: Cendekia Alazzam "Terima kasih ya sudah bersedia sabar menunggu kami update dan setia bersama cerbung kami. Alhamdulillah, memasuki bab lima, semoga makin asyik ya. Untuk yang ketinggalan cerita di episode sebelumnya, silakan baca di sini ya!" Malam itu hujan mengguyur pekarangan dengan tenang, seperti denting kenangan yang pelan-pelan meresap ke dalam tubuh. Rumah kecil itu sunyi. Anak-anak sudah terlelap di kamar masing-masing. Suwantra tak pulang - lembur, katanya. Hanya Tinara dan Faiz yang masih terjaga.