Skip to main content

Renungan Atas Kelalaian



Darah dan nyawa telah kau berikan
Kepada bangsa dan tanah air tercinta
Segenap jiwa raga kau korbankan
Untuk negeri aman dan sentosa

Dengan tekad bulat
Dan semangat yang melekat
Kau singsingkan lengan angkat senjata
Memperjuangkan bumi pertiwi tercinta

Pahlawan-pahlawan bangsa
Telah berjatuhan dimedan perang
Melawan penjajah di bumi nusantara
Lalu apa yang telah kita berikan sekarang?

Masihkah kita menghianati jasa pahlawan
Masihkah kita acuh tak acuh pada bumi nusantara
Masihkah kita sibuk dengan warna yang membedakan
Lalu bagaimana dengan keberagaman ini semua!

Maafkan kami atas segala salah dan khilaf
Maafkan kami atas segala kebodohan
Maafkan kami belum bisa berbuat
Atas warisan yang diberikan

Hanya itu yang bisa kita lakukan
Hanya itu yang bisa kita lantunkan
Sedangkan mulut kita terdiam
Mulut kita terbungkam dalam-dalam

Pejabat korupsi kau biarkan
Harta bumi pertiwi direnggut pihak asing kau diam
Rakyat kecil angkat bicara kau bungkam
Pejabat-pejabat merajalela kau terdiam

Apakah ini keadilan
Yang kau namakan kesejahteraan
Apa ini yang kau sebut pengorbanan
Atas jasa para pahlawan

Mari kawan kita renungkan
Jasa pahlawan yang telah diberikan
Mari sama-sama kita lestarikan
Kedamaian, kebersamaan, keberagaman, dan kekeluargaan

Nusantara, 17 Agustus 2018

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Pejuang Finansial dan Penuntut Ilmu

  Foto oleh Mujahit Dakwah Ada ungkapan menarik dari Imam Syu'bah, "من طلب الحديث أفلس" "Barangsiapa menuntut ilmu hadits, maka ia akan jatuh bangkrut." Sungguh, apa yang beliau sampaikan tidaklah berlebihan. Bagi orang yang belum menyelami bagaimana pengorbanan para ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, ungkapan ini pasti terdengar asing dan mengherankan. Bagaimana tidak, jikalau Imam Malik sampai rela menjual atap rumahnya untuk keperluan menuntut ilmu. Imam Syu'bah menjual bak mandi ibunya. Imam Abu Hatim menjual pakaiannya satu per satu sehingga yang tersisa hanya pakaian yang melekat di badannya. Dan, Imam Ahmad sampai rela safar tanpa alas kaki karena menggadaikan sandalnya sebagai bekal perjuangan menuntut ilmu. Ketahuilah, mereka mengorbankan benda-benda itu karena hanya itulah yang mereka miliki. [ Diceritakan dengan sanadnya oleh syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab masyhur beliau, (صفحات من صبر العلماء) ] Imam Yahya bin Ma'in pe...

Anak itu Arfan Namanya!

  Menjelang maghrib ia sudah berada di masjid Berpakaian lengkap dengan peci hitam di kepalanya Senyumnya merekah, manis dipandang  Arfan, itulah namanya saat kutanya Sekolah di taman kanak-kanak Usianya lima tahun Wajahnya periang, kalau ngomong lancar dan jelas Baca: Kisah Burung Pipit yang Bertasbih Setiap Hari, Lalu Terdiam Waktu kutanya ia, mengapa rajin pergi ke masjid Arfan bilang, supaya Allah sayang Agar apa yang kita minta sama Allah, lekas diberikan "Begitu kata Bunda," ujar Arfan Allah yang sudah memberikan kedua tangan, mata, telinga, dan anggota badan semua Allah juga yang sudah kasih Ayah dan Bunda rezeki Jadi, kita harus rajin ibadah Demikian tutur anak kecil itu Bogor, 2023 Baca: Di Penghujung Mei  

Melihat Lebih Dekat, Masjid Mewah di RS Harapan Bunda Lampung

Tampak dalam ruangan masjid RS Harapan Bunda. Dokpri/Pecandu Sastra.   Salah satu sarana penunjang aktivitas ibadah  kaum muslim adalah tersedianya tempat ibadah yang nyaman, aman, bersih, dan terbebas dari najis. Meski setiap hamparan bumi adalah masjid - tempat bersujud kepada Allah (kecuali kuburan dan kamar mandi atau toilet). Sujud dapat dilakukan di mana saja, di setiap jengkal bumi yang kita pijak, selama tempat tersebut suci dan bersih.