Skip to main content

Posts

Dari "Raden Kian Santang" Jadi Candu Sholawat

  Kalian pernah nggak secara tiba-tiba kepingin sesuatu, melakukannya dengan keinginan yang amat begitu besar. Hal itu harus banget terlaksana - sesegera mungkin.  Hal ini pernah aku alami taat kala menduduki bangku sekolah menengah pertama (SMP) di kelas tiga akhir. Kembali pada tahun 2012 silam, berawal dari sebuah sinetron yang tayang di televisi.  Sebenarnya, aku nggak seberapa suka menonton televisi, lebih banyak bermain dengan teman sebaya. Apalagi saat itu detik-detik menjelang penilaian akhir ujian nasional (UN). Namun, karena ini serial sejarah yang menceritakan kisah masa lampau dan bercerita tentang kerjaan di Nusantara, tentu saja aku sangat antusias. Aku paling suka sekali membaca, mendengar, atau menyaksikan sesuatu yang membahas hal terkait sejarah kerjaan di Indonesia Rasa ingin yang muncul di dalam diriku bisa dikategorikan sebagai "ngidam". Hanya saja aku bukan orang yang sedang hamil, juga bukan perempuan. Apalagi diriku masih remaja dan belum menikah....

Ganjaran Bagi Wanita yang Memasak untuk Suami dan Anaknya

Ilustrasi memasak. Sumber, Tribun Lombok. ist       Ada banyak hal yang dapat menjadikan seorang wanita itu mulia di sisi Allah swt., salah satunya ialah dengan peran yang dilakukan melalui aktivitas dapur; memasak. Memasak merupakan salah satu perbuatan mulia, karena buah dari apa yang dimasak akan dirasakan oleh banyak orang. Apalagi jika aktivitas memasak itu dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan, maka akan bertambah keberkahan. Pun demikian jika diringi dengan berdzikir - mengingat Allah dan bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Pernah suatu ketika, Baginda Nabi Muhammad saw., berkunjung ke rumah putrinya; Fatimah Az-Zahra. Kala itu beliau melihat Fatimah sedang menggiling gandum di atas penggilingan dari batu sembari menangis. Rasulullah yang melihat hal itu heran dan bertanya, "Kenapa engkau menangis, wahai putriku?" Fatimah pun menjawab, "Duhai ayahku, aku menangis karena batu penggilingan ini, juga karena pekerjaan rumah yang be...

Bagian 1 - Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

1/ Nabastala biru kian memudar, merah, jingga, orange, menggantikan peran memadati pemandangan senja yang kian tenggelam. Segera, usai berdzikir Jum'at petang itu, aku bergegas telah bersiap menemani abah beserta jamaah Majelis Ta’lim wal Mudzakarah Al-Maujud guna memenuhi undangan majelis peringatan hari besar Islam (Isra’ Mi’raj) di salah satu desa di Bogor bagian Timur.

Puisi-Puisi Disisi, Kekasih, Kau Purnama

  Foto diambil saat Maulid Nabi Muhammad SAW 10 Desember 2022/Pecandu Sastra©2022.ist Kekasih, Kau Purnama Malam ini purnama, kekasih Sebagaimana hati menghamba padamu Semua mahluk tunduk dan khusyuk Menyambut kedatanganmu Ya Habubullah Ya Nabi, Salam 'Alaika Ya Rasul, Salam 'Alaika Ya Habib, Salam 'Alaika Sholawatullah 'Alaika Al Musthofawiyah, 101222 Sunyi Sesekali takbir penguasa malamMu yang terdengar Mataku masih terjaga Mengenang dosa yang tak pernah memberi jarak Antara alfa dan detak yang masih terjaga Ya Allah Semoga Pintu maaf dan taubatMu selalu terbuka Namen, 181222 Tafakkur Fisik meronta Netra menyala Bibir, qalbu, dan denyut nadi terus berdzikir Masihkah esok waktu untukku?  Namen, 181222 Malam Lelaki Paruh Baya  Di tengah malam,  Seorang lelaki masih terjaga Ia tengah gundah, akan dunia yang masih belum jelas untuknya Akhirat pun, bekalnya belum seberapa Lelaki paruh baya itu pun mencoba mengakhiri cerita,  memejamkan mata, dengan harap lupa segal...

Alasan Habib Umar bin Salim bin Hafidz Tidak Memperbolehkan Menaruh HP di Saku Baju!

  Foto Pexels. Its Pada suatu ketika, entah kesekian berapa kalinya aku ikut mengawal Abah dalam mensyiarkan dakwah Islam di kampung nun jauh dari keramaian dan hingar-bingar kota. Sejak tidak lagi disibukkan oleh aktivitas pabrik, aku senang mendampingi beliau. Bukan keterpaksaan atau ingin mengambil hatinya, bagiku suatu kesenangan dan memang nyaman berada di dekat beliau, apalagi melakukan hal yang memberi dampak baik juga kemaslahatan. Jika ikutnya diriku bersama beliau adalah suatu keterpaksaan atau kepura-puraan guna mendapat perhatian, sudah jauh mentalku tumbang. Panas, hujan, bahkan berkali-kali merasakan dinginnya terpaan angin malam. Aku salut dengan beliau yang masih gigih, penuh energik, dan istiqomah dalam pengembaraan syiar dakwah pada usia yang sudah memasuki tahun emas. Di sini, aku hendak ingin berbagi sesuatu yang menurutku sangat layak untuk dibagikan dan diketahui khalayak ramai. Kelihatannya sangat sederhana, sepele, tapi memiliki dampak yang besar. Sebagaima...

Pentingnya Menata Niat

Dokpri Ada sebuah kisah yang sangat menyentuh, perihal pentingnya menata niat dalam hal apapun itu. Kisah ini diceritakan oleh guru kami, Habibana Sayyid Mustofa bin Usman bin Yahya, Pimpinan Majelis Ta'lim Al-Musthofawiyah Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat - saat mengawal beliau ziarah ke waliyullah di Gunung Gambir, Cianjur, beberapa hari lalu. Sembari jagongan, menikmati kudapan buah rambutan dan mineral yang disajikan Kang  Karim di gubuk beliau yang rindang, ditemani sejuknya sepoi angin khas pegunungan. Beliau, Habib Mustofa berkisah. Ada seorang santri yang bersilaturahmi ke rumah salah satu ajengan, ia membawa buah pisang. Sedari rumah ia sudah berniat untuk menyambung silaturahmi, sama sekali tidak ada niat lain. Ajengan ini terkenal darmawan, ramah, dan baik. Baginya siapapun tamu harus dijamu dan diperlakukan dengan baik. Setiap tamu tidak boleh pulang dengan tangan kosong. Ajengan itu bingung hendak membalas buah tangan santri tersebut, sebab di rumahnya tidak ters...

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

Kenangan Habibana dan Abah serta rombongan. Foto Pecandu Sastra. Dokpri   Jum'at itu menjadi pembuka perjalanan yang mengesankan. Nabastala biru menghampar semesta sore, perlahan mulai memudar. Segera usai berdzikir aku telah bersiap menemani Abah dan jamaah memenuhi undangan majelis peringatan Isra' Mi'raj di salah satu desa di bagian Bogor Timur. Abah, demikian aku memanggil laki-laki yang tengah berusia 50 tahun itu. Seorang pendakwah yang begitu istiqomah, gigih, penyabar, dan sangat mencintai ilmu. Beberapa bulan belakang, aku kerap menemani beliau berdakwah di desa tersebut, sepekan sekali. Tak peduli gerimis, hujan, dingin, ataupun panasnya cuaca, lelah setelah beraktivitas sekalipun, beliau terus istiqomah tanpa absen. Kecuali uzur yang mendesak. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang aku kagumi dari sosok Abah. Sore itu, rombongan dijadwalkan berangkat sebelum maghrib. Dikarenakan perjalanan yang cukup memakan waktu, apalagi hari kerja, jam-jam segitu adalah pu...